Rabu 19 Sep 2018 06:40 WIB

Mendorong Pemuda Kembali ke Masjid

Masjid bisa menjadi pusat aktivitas pemuda.

Rep: Riga Nurul Iman/Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Umat muslim melakukan shalat subuh berjamaah di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (4/2).
Foto:
Shalat berjamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Survei berlangsung pada 17-21 Juli 2018. Jumlah responden sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun dan berdomisili di 12 kota besar yakni Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan Palembang.

"Namun di sisi lain, hanya 33,2 persen responden yang menganggap bahwa pengelolaan masjid saat ini telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka merasa perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan fasilitas di masjid," kata Ketua Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI M Arief Rosyid Hasan.

Arief melanjutkan, sebanyak 96 persen responden menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh akbar di masjid. Sedangkan 95 persen responden menganggap perlu kegiatan pendidikan seperti kursus dakwah, pelatihan imam, dan pesantren kilat di masjid.

Sementara itu, sebanyak 73,9 persen responden membutuhkan kegiatan usaha di masjid baik dalam bentuk koperasi, minimarket ataupun warung. Sedangkan 67,3 persen responden merasa perlu diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.

Untuk mewujudkan gerakan pemuda kembali ke masjid ini, Ketua Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI,  M Arief Rosyid Hasan dalam sebuah tulisannya yang pernah dipublikasi oleh Republika.co.id belum lama ini mengatakan, kita   perlu membangun keyakinan bahwa pemuda adalah masa depan dan masjid adalah pusat peradaban. Dari keduanyalah kondisi ekonomi, politik, budaya, sosial, dan yang lain akan tumbuh lebih baik.

Pemuda tersebar dari pelosok desa hingga gemerlapnya ibukota. Satu dari empat orang Indonesia adalah pemuda. Begitupun masjid, di mana  hampir tak sulit menemukan masjid di semua daerah.

Di semua penjuru dunia dalam segala lintasan waktu, pemuda selalu berfungsi sebagai agen of change. Pemuda memiliki elan vital dalam memperjuangkan apapun yang dikehendakinya. Mendikte pemuda dalam berkarya apalagi ingin membendungnya adalah bentuk kesia-siaan belaka.

Pengalamannya menguji tesis ini dia lakukan sejak beranjak menjadi pemuda, sekitar 16 tahun lalu. Arief  lalu mengujinya kembali dengan teman-teman remaja/pemuda aktivis pengajian di masjid sekitar bulan November 2017 lalu.

“Kita bersepakat membentuk satu komunitas yang kita beri nama ISYEF (Indonesian Islamic Youth Economic Forum). Komunitas ini kini telah menjadi gerakan baru pemuda lintas komunitas juga lintas golongan,” kata Arief.

“Semata-mata bertujuan untuk bergotong royong dalam rangka mengembalikan masjid kembali pada semangat awalnya, sebagai pusat peradaban Islam,” tambahnya.

Baca juga: Tanggapan Ustaz Yusuf Mansur Soal Ijtima' Ulama II

Baca juga: Ambruk Bersujud, Imam Masjid Wafat Saat Pimpin Shalat Jumat

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement