Senin 17 Sep 2018 22:24 WIB

Warga Lombok Utara Gembira Begibung dengan Bule

Sail Moyo Tambora diharapkan menjadi momentum bagi sektor pariwisata Lombok Utara

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Para peserta Sail Moyo Tambora mengikuti tradisi Begibung (makan bersama) bersama warga terdampak gempa di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Senin (17/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Para peserta Sail Moyo Tambora mengikuti tradisi Begibung (makan bersama) bersama warga terdampak gempa di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Senin (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Kepala Dusun Teluk Dalem Karen Budi Utomo menyambut positif penyelenggaraan berbagai hiburan kesenian, pameran kuliner dan kerajinan tangan dalam rangkaian Sail Moyo Tambora di Medana Bay Marina di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, pada Senin (17/9).

Dusun Teluk Dalem Keren yang berada di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, merupakan salah satu wilayah dengan dampak cukup parah akibat gempa.

Budi mengatakan, 1.010 warga dari 300 kepala keluarga (KK) di Dusun Teluk Dalem Keren kini masih tinggal di tenda pengungsian karena rumahnya mengalami kerusakan akibat gempa pada Ahad (5/8). Kata Budi, seorang warganya juga meninggal akibat tertimpa bangunan, dan lima warga lainnya mengalami patah tulang. Rasa trauma yang timbul akibat gempa masih kerap menghantui warga yang tinggal berada di dekat pesisir Pantai Medana tersebut.

"Ini satu terobosan, kami sangat bersyujur dengan adanya Sail (Moyo Tambora) karena warga kami masih trauma dengan gempa," ujar Budi di Medana Bay Marina, Lombok Utara, NTB, Senin (17/9).

Budi mengapresiasi ratusan peserta dari mancanegara yang datang menggunakan kapal yacht untuk menggelar dan memberikan trauma healing bagi warga terdampak gempa. Ia juga mengapresiasi donasi dari para peserta yang diberikan kepada masyarakat untuk menyajikan suguhan Begibung atau tradisi makan bersama ala suku Sasak, serta adanya stand-stand untuk masyarakat menjajakan jajanan hingga kerajinan tangan.

"Kita menggelar Begibung, tradisi makan bersama, kali ini dengan para turis, mereka sangat senang dan masyarakat juga senang," lanjut Budi.

Kata dia, para ibu-ibu begitu bersemangat menyajikan suguhan makanan khas Lombok untuk Begibung meski harus dilakukan di dapur umum yang ada di pos pengungsian.

Budi berharap penyelenggaraan Sail Moyo Tambora menjadi momentum bagi sektor pariwisata Lombok Utara, dan kehidupan masyarakat Lombok Utara pada umumnya untuk bisa bangkit kembali.

"Kita tidak boleh terus bersedih, kami harus bangkit, bencana ini bukan membuat kita terpuruk, tapi bersyukur, ya bersyukur tetap hidup, bersyukur sehat, dan saatnya sekarang bangkit kembali," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement