Ahad 16 Sep 2018 19:14 WIB

Habib Rizieq: Ijtima' Ulama tidak Main-Main Beri Dukungan

Ijtima' Ulama digelar untuk kemenangan bagi umat dan bangsa Indonesia.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Stering Committe (SC) Ijtima’ Ulama dan Tokoh Nasional, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii (ketika kiri) memberikan keterangan kepada media dalam Ijtima Ulama ke II di Jakarta, Ahad (16/9).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Stering Committe (SC) Ijtima’ Ulama dan Tokoh Nasional, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii (ketika kiri) memberikan keterangan kepada media dalam Ijtima Ulama ke II di Jakarta, Ahad (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab memberikan pesan-pesan kepada peserta Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional II di Hotel Grand Cempaka pada Ahad (16/9). Melalui pesan suara, Habib Rizieq menegaskan Ijtima' Ulama tidak main-main dalam memberikan dukungan.

Habib Rizieq mengatakan, penandatanganan fakta integritas sebagai ikatan perjanjian yang kuat dan mengikat serta bermartabat antara calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dengan ulama dan tokoh umat. Tujuannya menjaga kemaslahatan agama, bangsa, dan negara.

Ijtima' Ulama juga digelar untuk menyusun langkah pemenangan bagi umat, rakyat dan bangsa Indonesia dengan cara yang elegan, terhormat serta bermartabat sesuai aturan syariat dan konstitusi. "Karenanya saya ingatkan kepada capres dan cawapres Prabowo-Sandi, yang hari ini menandatangani fakta integritas bahwa Ijtima' Ulama tidak sedang main-main dalam memberikan dukungan," kata Habib Rizieq melalui pesan suara saat Ijtima' Ulama berlangsung, Ahad (16/9).

Ia mengatakan, Ijtima' Ulama tidak sekadar atau sembarangan memberikan dukungan. Ijtima' Ulama Sejak awal telah memikirkan langkah-langkah strategis yang fokus dan serius untuk mengantarkan pasangan capres dan cawapres kepada pintu kemenangan yang berkah.

photo
Pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab. (ilustrasi)

Ia juga menyampaikan, Ijtima' Ulama pertama merekomendasikan Prabowo sebagai capres dengan pertimbangan yang sangat matang. Ijtima' Ulama juga merekomendasikan cawapres ulama. Ini juga dengan pertimbangan yang super matang.

"Bukan pertimbangan politik identitas SARA sebagaimana difitnahkan segelintir orang yang islamofobia," ujarnya. 

 

Dia menegaskan, Ijtima' Ulama juga tidak pernah memaksakan cawapres ulama karena Ijtima' Ulama tidak sedang menjalankan politik transaksional. Akan tetapi Ijtima' Ulama sedang menjalankan siyasah syariyah, yaitu politik negara yang tunduk pada aturan syariat dan konstitusi dengan cara yang terhormat serta bermartabat.

Baca juga: Ijtima Ulama II Menetapkan Empat Hal Ini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement