Rabu 12 Sep 2018 03:17 WIB

Presiden: Nuklir Sebagai Tantangan Perdamaian Dunia

Indonesia ingin terlibat dalam perdamaian dunia.

Presiden Joko Widodo mendengarkan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam konferensi pers di Seoul, Senin (10/9).
Foto: Reuters
Presiden Joko Widodo mendengarkan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam konferensi pers di Seoul, Senin (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan senjata nuklir menjadi salah satu ancaman perdamain dunia saat ini. Secara khusus, Jokowi mengatakan Indonesia ingin mengambil peran dalam perdamaian dunia.

"Ancaman nuklir salah satu dari beberapa tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini," kata Presiden saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia-Malaysia di Universitas Hankuk Seoul, Korea Selatan, Selasa (10/9) waktu setempat.

Selain nuklir, Jokowi juga menyebut dunia saat ini menghadapi tantangan keamanan, seperti di Afghanistan, Timur Tengah, Rakhine State-Myanmar. "Populisme, proteknisme dan unilateralisme semuanya lagi naik tajam di berbagai penjuru dunia," ucapnya.

Indonesia dalam UUD 1945 telah diamanatkan untuk menjaga perdamaian dunia akan mengambil perannya. Jokowi mengatakan Indonesia dalam perdamaian dunia ingin berperan dalam aspek-aspek agama dalam menangani berbagai konflik internasional.

Baca juga, Presiden Jokowi Impikan Ciliwung Seperti Sungai Korea

"Ini semua adalah konkret untuk mendorong yang benar, tetapi sejauh kemampuan yang kita miliki," ujarnya.

Jokowi menyatakan Korea dan Indonesia adalah mitra yang ideal atau /natural partner untuk kerja sama menuju sebuah agenda internasional yang progresif bagi dunia. "Kita dua-duanya menganut demokrasi, demografi saling melengkapi, di mana 60 persen orang Indonesia di bawah usai 30 tahun," ungkap Presiden.

Dalam kesempatan ini, Presiden juga dimintai pendapat salah satu mahasiswa mengenai bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan. Atas pertanyaan tersebut, Jokowi mengaku sangat senang dengan adanya pertemuan antara Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

"Sebuah sejarah karena Korea saudara dekat. Satu rumpun, kalau bertemu adalah sebuah hal yang wajar dan saya sangat berbahagia," katanya.

Selain itu, Kepala Negara juga merasa gembira saat PM Korea Selatan dan Deputi PM Korea Utara juga bersama-sama datang di Asian Games XVIII. Menurutnya, ini menunjukkan kerukunan dan persatuan antara Korea Utara dan Korea Selatan mendekati sebuah kenyataan. 

"Dan kita harapkan betul-betul nanti menjadi sebuah kenyataan, sehingga energi perdamaian dunia itu dimulai dari Korea," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement