REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Iit Septiyaningsih, Idealisa Masyarafina
Kebijakan pemerintah mengendalikan impor barang konsumsi menciptakan sentimen positif bagi para pelaku pasar keuangan. Kemarin, nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) kompak menguat.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia menguat menjadi Rp 14.891 per dolar AS. Sehari sebelumnya, rupiah nyaris menembus Rp 15 ribu per dolar AS, tepatnya Rp 14.927 per dolar AS. Sedangkan, IHSG menguat 92,59 poin atau 1,63 persen menjadi 5.776,09.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, mengatakan, pengendalian impor yang diterapkan pemerintah jadi salah satu faktor sentimen penopang rupiah. "Kebijakan itu dinilai dapat memperbaiki kinerja neraca perdagangan ke depannya," katanya.
Pemerintah pada Rabu (5/9) mengumumkan kebijakan pengendalian impor barang konsumsi melalui penaikan tarif pajak penghasilan (PPh) impor terhadap 1.147 pos tarif sebagai strategi mengatasi defisit neraca transaksi berjalan.
Kebijakan pengendalian impor bukan satu-satunya faktor penguat rupiah. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, tekanan terhadap rupiah mereda setelah munculnya kabar positif mengenai negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan Kanada.
Dia menjelaskan, hal tersebut membuat laju dolar AS tertahan di tengah meredanya kekhawatiran terhadap tensi perdagangan global. "Situasi itu mendukung permintaan aset di negara berkembang," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi mata uang domestik relatif masih terbatas mengingat ketegangan dagang Amerika Serikat dan Cina masih dapat meningkat.
Terkait IHSG yang menguat, Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji menilai, hal itu karena adanya aksi beli dari para investor. IHSG yang sebelumnya sering berada di zona merah dimanfaatkan pelaku pasar untuk melakukan akumulasi beli.
"Ini pada akhirnya berdampak pada IHSG yang berhasil mengalami rebound," ujar Nafan Aji kepada Republika.co.id, Kamis (6/9).