REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil presiden Sandiaga Salahuddin Uno secara simbolis menukarkan sejumlah uang dolar miliknya di salah satu tempat penukaran uang asing di pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (6/9). Menurut Sandiaga, tindakan menukarkan uang asing seperti yang dia lakukan telah membantu menguatkan rupiah pada sesi perdagangan hari ini.
“Alhamdulillah, karena kemarin saya menukar sebagian besar dari valuta asing saya, sekarang katanya rupiahnya menguat," kata Sandiaga saat ditemui di Jakarta.
Sandiaga mengaku, telah menukarkan valuta asing miliknya sebanyak hampir 40 persen dari perusahaan induk miliknya. Namun, mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut enggan membeberkan berapa nominal uang yang telah ditukarkan.
"Saya enggak mau riya, nominalnya berapa, sekarang total holding saya itu sudah 95 persen. Jadi, ini enggak pernah saya pegang rupiah sebanyak ini," ungkapnya.
Ia pun mengaku bersyukur lantaran telah memulai sebuah contoh yang sederhana kepada masyarakat dan berdampak baik bagi ekonomi dalam negeri. Ia pun berharap langkah tersebut menjadi inspirasi bagi yang lainnya.
"Kita bisa lakukan gerakan ini dari diri kita sendiri kok, kita bisa mulai sekarang, sekarang negara membutuhkan ini," ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak perlu takut terhadap kondisi ekonomi Indonesia beberapa hari belakangan ini. Kepercayaan diri masyarakat perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak semakin bingung.
"Ayo kita balik, kita bangun confident-nya, dimulai dari pemimpinnya tunjukkan sesuatu yang simpel aja, tunda dulu ke luar negeri, tunda dulu beli barang-barang branded dari luar negeri, habis itu baru kita dorong penguatan ekonomi," katanya mengajak.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (6/9) pagi bergerak terapresiasi sebesar 48 poin menjadi Rp 14.880 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.928 per dolar AS. Analis mengatakan, penguatan rupiah masih dibayangi sentimen negatif global.
Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, di Jakarta, Kamis, mengatakan, mata uang dolar AS bergerak melemah terhadap beberapa mata uang dunia, seperti euro dan poundsterling. Pelemahan itu menyusul pernyataan Presiden The Fed St Louis James Bullard bahwa The Fed harus menghentikan kenaikan tingkat suku bunga.
"Risiko perang dagang dan data ekonomi yang belum cukup kuat menjadi salah satu alasan bagi pejabat The Fed itu untuk menghentikan kenaikan suku bunga," katanya seperti dilansir Antara.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, mata uang rupiah diuntungkan. Namun, masih adanya risiko yang tinggi bagi mata uang negara-negara berkembang akibat krisis keuangan yang terjadi di Argentina, Turki, dan Afrika Selatan dapat menahan apresiasi rupiah.