REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa menilai, anjloknya nilai tukar rupiah atas dolar AS hingga menembus Rp 15 ribu dinilai akan menjadi perdebatan panas di media sosial (medsos). Karena itu, kedua kubu pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) akan menyiapkan stretegi masing-masing dalam membungkus isu tersebut.
"Pertama itu menjadi perdebatan. Kubu pemerintah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga gak ingin dolar naik dan rupiah melemah. Tapi ini sebuah keadaan yang mungkin terjadi," kata dia di Jakarta, Rabu (5/9).
Menurut dia, jika pelemahan rupiah bukan kesalahan pemerintah, pihak terkait harus melakukan klarifikasi. Klarifikasi itu, kata dia, harus membeberkan data yang jelas. Ia mencontohkan dengan membuat perbandingan nilai tukar mata uang negara lain yang juga melemah.
Di samping itu, Ardian menambahkan, tim pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno juga tak akan ketinggalan menjadikan momen tersebut sebagai serangan untuk pemerintah. Serangan itu, menurut dia, tentu akan disertai data-data yang menguatkan.
"Ini masyarakat yang menentukan. Mana kira-kira dari dua argumen itu, apakah kesalahan pemerintah atau faktor eksternal," katanya.
Menurut dia, dalam perdebatan di medsos yang harus diperhatikan adalah argumentasi dari masing-masing pihak. Dengan begitu, pandangan masyarakat dapat terpengaruh juga bisa mengubah kekuatan dukungan bagi masing-masing pasangan bakal capres cawpres.
"Kalau pemerintah berhasil meyakinkan bahwa ini bukan kesalahan pemerintah, bisa keunggulan Jokowi-Ma'ruf. Begitu juga sebaliknya dengan Prabowo-Sadiaga," kata dia.