Rabu 05 Sep 2018 11:24 WIB

Sandi tak Ingin Ada Saling Serang Soal Kondisi Ekonomi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kini telah menyentuh Rp 15 ribu.

Sandiaga Uno menghadiri acara seminar Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Bogor sebagai pembicara. Senin (3/9).
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Sandiaga Uno menghadiri acara seminar Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Bogor sebagai pembicara. Senin (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil presiden (cawapres) pasangan Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno mengimbau untuk tidak ada menyerang pemerintah dalam persoalan ekonomi yang terjadi saat ini. Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kini telah menyentuh Rp 15 ribu.

"Saya ingin, tidak saling serang soal ekonomi, biarkan pemerintah melakukan langkah sendiri," kata Sandiaga, di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (5/9).

Dia menjelaskan, empat tahun yang lalu Prabowo menjelaskan struktur ekonomi Indonesia harus dirombak secara masif, sehingga tidak ada kerentanan terhadap isu struktural. Namun hal ini belum terjadi, sehingga saat ini masih tergantung impor, bagaimana kita terkendala ekspor dan masalah di dunia usaha mengenai izin serta kepastian dunia usaha lainnya.

"Saya juga mengimbau, untuk mewaspadai, utamakan penghematan, kurangi pemborosan," kata Sandiaga.

Sedangkan untuk pengusaha, pengeluaran yang bisa ditunda agar ditunda dulu termasuk kebutuhan impor. Seandainya ada sisa dana hasil ekspor, bisa dikonversi enam bulan ke depan.

"Harapan kita, lapangan pekerjaan tidak tergerus. Kalau biaya bahan baku dan produksi naik, diikuti dengan pengurangan pegawai. Ini juga kemungkinan akan meningkatkan bahan pokok. Kita ingin berjuang bersama rakyat," kata Sandiaga.

Menurutnya, kepemimpinan yang kuat harus adil, dan ekonomi akan menjadi trik perjuangan Prabowo-Sandi. "Ekonomi akan menjadi isu yang sentral, mari kita gunakan untuk memastikan untuk tidak ada yang tercecer, harapan saya, bangsa kita dikuatkan," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu pula.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pelemahan kurs rupiah yang terjadi saat ini tak terlepas dari faktor eksternal. Mulai dari kenaikan suku bunga AS, perang dagang AS dan Cina, serta krisis ekonomi yang terjadi di Turki dan Argentina.

Menurut Jokowi, pelemahan mata uang ini tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di berbagai negara lainnya.

"Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi baik yang berkaitan dengan kenaikan suku bunga di AS, baik yang berkaitan dengan perang dagang AS dan Cina, baik yang berkaitan dengan krisis di Turki dan Argentina," ujar Jokowi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement