Rabu 05 Sep 2018 08:44 WIB

Memperkuat Rupiah, Membatasi Impor

Pembatasan impor 900 jenis barang konsumsi dapat menghemat devisa negara.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/9).
Foto:
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Kemarin, nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah mencapai Rp 14.840 per dolar AS atau melemah dibandingkan Senin (3/9) yang sebesar Rp 14.767 per dolar AS. Sementara, sejumlah bank sudah ada yang menjual dolar AS seharga Rp 15 ribu.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengaku siap akan mengatasi aksi spekulan. BI bersama Otoritas Jasa Keuangan bakal memantau transaksi valas di Tanah Air guna menjaga stabilitas nilai tukar.

Perry mengatakan, BI memiliki ketentuan terkait pembelian dolar AS. Syaratnya, kata Perry, adalah dokumen pendukung dari nasabah atau underlying. Oleh karena itu, BI akan terus menyoroti pembelian valas. Perry juga berharap agar importir atau korporasi untuk tidak tergesa-gesa memburu dolar AS. 

Baca Juga: Rupiah Melemah, Menkeu: Indonesia Hadapi Badai Sempurna

Penerimaan negara bertambah

Pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak positif terhadap penerimaan negara. Dalam RAPBN 2019 disebutkan, setiap pelemahan Rp 100 per dolar AS dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp 900 miliar hingga Rp 1,5 triliun.

"Jadi, secara netonya akan positif dalam APBN," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI bersama pemerintah dan Bank Indonesia di Jakarta, Selasa (4/9).

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menambahkan, kenaikan kurs akan menambah pendapatan negara dari sisi penerimaan yang berkaitan dengan valuta asing. Penerimaan tersebut berasal dari bea masuk, bea keluar, dan penerimaan dari sektor migas.

"Dari komponen itu, potensi kenaikan penerimaan itu lebih tinggi dibandingkan potensi kenaikan belanjanya. Makanya, kita masih bisa mendapatkan surplus," kata Askolani.

Salah satu manfaat yang didapatkan, kata Askolani, defisit APBN akan menjadi lebih baik dan kebutuhan pembiayaan melalui utang pun bisa berkurang. 

(ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement