REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggandeng Youtubers dalam melakukan pencegahan dan kontraradikalisasi terhadap penyebaran paham radikal terorisme di media sosial. BNPT berharap kreativitas para Youtubers ini bisa mengajak dan membentengi masyarakat dari penyebaran radikalisme dan terorisme.
“Terutama anak muda, dan terutama di media sosial," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Hamli dikutip dari siaran pers, di Jakarta, Selasa (4/9).
Ia mengatakan itu saat membuka Sarasehan Pencegahan Terorisme Bersama Konten Kreator di Yogyakarta, Selasa, yang diikuti oleh 42 pembuat konten kreatif di kanal Youtube. Selama empat hari, yakni 4 hingga 7 September, mereka akan berkolaborasi dengan tim media sosial Pusat Media Damai (PMD) BNPT untuk menyamakan persepsi dalam forum diskusi dan sharing pembuatan konten-konten video kreatif yang mendukung upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
"Adik adik ini diharapkan melakukan pencegahan terorisme melalui narasi dan konten berupa video dan sebagainya," kata Hamli.
Menurut Hamli, potensi ancaman radikalisme di Indonesia sangat besar karena Indonesia terdiri atas beragam agama, suku, ras, dan lain-lain. "Potensi itu harus terus direduksi dan salah satunya dengan penyebaran konten positif di media sosial," ucapnya.
Mengutip hasil survei Wahid Foundation tentang potensi radikalisme, Hamli mengatakan 72 persen orang Indonesia menolak radikalisme, 7,7 persen bersedia melakukan aksi radikalisme, dan 0,4 persen pernah melakukan aksi radikalisme dan terorisme.
BNPT berharap keterlibatan para pembuat konten ini mampu mereduksi hasil penelitian itu. Apalagi sebelumnya BNPT juga telah membentuk Duta Damai Dunia Maya.
"Marilah yang 72 persen ini terus kita perbanyak, sekaligus kita pengaruhi yang 7,7 persen agar masuk kelompok 72 persen. Ingat 7,7 persen itu banyak, sekitar 11 juta orang dari total penduduk Indonesia yang 250 juta jiwa," kata Hamli.