Selasa 04 Sep 2018 04:28 WIB

Gerindra Heran Ustaz Somad Masih Terus Dipersekusi

Lewat akun Instagram, Ustaz Abdul Somad meminta maaf atas pembatalan tausiyahnya.

Rep: Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Penceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) menyampaikan tausyiah dalam rangka syukuran dan doa bersama di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta,  Rabu (29/8).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Penceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) menyampaikan tausyiah dalam rangka syukuran dan doa bersama di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mempertanyakan dasar intimidasi dan ancaman kepada Ustadz Abdul Somad (UAS) oleh sejumlah oknum. Ia juga merasa heran dengan sikap arogan mereka yang tidak suka dengan ceramah UAS.

Padahal, menurutnya, isi ceramah dari UAS tidak hanya mengajak Umat Islam untuk memperkuat keimanan tapi juga mengajarkan kecintaan kepada negara. Apalagi di Indonesia kebebasan berpendapat dijamin oleh Undang-undang.

Salah satu yang menjadi alasan intimidasi itu dilakukan, karena UAS dianggap diboncengi oknum Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Namun, Muzani enggan percaya begitu saja, mengingat selama ini ceramah-ceramah UAS mengajarkan persatuan Umat Islam, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jika benar demikian, menurut Muzani, mengapa bukan HTI disuruh minggir. Maka sebenarnya, tidak ada perlu dikhawatirkan dengan UAS, apalagi dia juga kerap diundang ceramah di instansi pemerintah, bahkan oleh TNI.

"Tidak ada boleh ketakutan untuk menyampaikan pandangan pikiran. Dia tidak menganjurkan untuk pemberontakan, dia tidak menganjurkan untuk memisahkan negara, dia tidak menganjurkan untuk mengganti Pancasila, dia tidak menganjurkan untuk makar, di mana masalahnya? Jadi menurut saya ini lucu, ini aneh," keluh Muzani saat ditemui di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (4/9).

Memang, menurut Muzani kebebasan berkumpul dan berendapat ada batasannya, dan yang membatasi adalah kalau kebebasan berpendapat itu menyerukan pemberontakan, menyerukan memisahkan diri atau makar, menyerukan menggantikan asa negara. Sementara adakah seruan-seruan tersebut keluar dari mulut UAS selama dia berceramah.

Oleh karena itu, Muzani meminta agar penegak hukum tidak boleh kalah dengan preman. "Kekuatan orang mana yang menyerukan itu harus dilarang. Siapa dia, jangankan pemerintah, kami semua akan turun untuk melakukan hal yang sama karena kami tidak setuju. Kerena katanya negara nggak boleh kalah dengan kekuatan-kekuatan, tapi menjamin seperti itu tidak bisa, bagaimana? Terus apa yang bisa dijamin negara terhadap rakyat dan kebebasan berpikir dan berpendapat," sesal Muzani.

Sebelumnya, UAS menyampaikan ada ancaman dan intimidasi di sejumlah daerah untuk acara tausiyah. Karena itu ia memilih untuk membatalkan beberapa janji untuk memberikan ceramahnya. Hal ini diungkapkan UAS dalam akun Instagram-nya.

"Beberapa ancamam, intimidasi, pembatalan dan lain-lain terhadap tausiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang," tulis UAS.

Menurut UAS, intimidasi dari pihak yang tak bertanggung jawab itu membuat beban panitia semakin berat dan memengaruhi kondisi psikologis jemaah dan dirinya sendiri. Sebenarnya, pada September UAS memiliki jadwal ceramah di di Malang, Solo, Boyolali, Jombang dan Kediri. Kemudian di bulan Oktober ia dijadwalkan berceramah di Yogyakarta dan bulan Desember di Jawa Timur.

"Maka saya membatalkan beberapa janji di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta," terang UAS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement