Senin 03 Sep 2018 10:30 WIB

Ribuan Pelajar di Mataram Belajar di Tenda Darurat

Fasilitas gedung sekolah yang rusak akibat gempa membuat siswa belajar di tenda.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo saat meninjau kerusakan di sekolah SMP 6 Mataram, Senin (3/9)
Foto: M Nursyamsi/Republika
Presiden Joko Widodo saat meninjau kerusakan di sekolah SMP 6 Mataram, Senin (3/9)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala SMP 6 Mataram, Azizudin, mengaku bersyukur sekolahnya dikunjungi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (3/9). Ia mengatakan, SMP 6 Mataram mengalami kerusakan parah akibat gempa yang melanda pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Ahad (5/8) dan Ahad (19/8). "Kalau dibilang persentase, mungkin lebih dari 80 persen rusak," ujar Azizudin di SMP 6 Mataram, NTB, Senin (3/9).

Kerusakan, kata dia, menyasar pada bagian pembatas dinding yang hancur. Juga fasilitas seperti laboratorium. "Ruang belajar lantai tiga juga ambruk, sangat besar (kerusakannya), makanya dengan adanya Pak Presiden kami bersyukur, tadi Pak Presiden perintahkan pengerjaannya (rekonstruksi) selama dua bulan," kata dia.

Aziz mengatakan, SMP 6 Mataram merupakan salah satu SMP favorit bagi warga Kota Mataram. Sekolah ini menampung 1.218 siswa dari 33 rombongan belajar. Aziz menambahkan, berdasarkan hasil kajian menyebutkan ruang kelas yang berada di lantai satu masih direkomendasikan layak ditempati. Namun lantai dua dan lantai tiga tidak layak karena kerusakan yang parah.

"Kalau anak-anak mau-mau saja (di lantai satu), tapi orang tua enggak izinkan, guru juga masih belum berani, kami kan ada ribuan siswa, kalau ada (gempa) susulan bahaya nanti," ucapnya.

Baca: Siswa SMP 6 Mataram Ajak Jokowi Swafoto

Sementara waktu, proses kegiatan belajar mengajar dipindahkan di halaman sekolah dengan menggunakan tenda darurat. Penyesuaian jam operasional sekolah juga diperpendek, dari pukul 07.30 WiITA sampai 11.30 WITA. Meski begitu, ia mengapresiasi semangat belajar anak-anak yang tetap datang ke sekolah.

"Kehadirannya sekira 96 persen hingga 97 persen, sisanya masih belum balik karena mengungsi. Intinya aktif belajar tapi kurang kondusif," kata Azizudin.

Pihak sekolah juga sedang menunggu pembangunan sekolah darurat yang dibangun di seberang SMP 6 Mataram terealiasi.

"Pembangunannya sekitar dua bulan, kalau sudah jadi nanti anak-anak belajar di sana dulu," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement