Ahad 02 Sep 2018 16:13 WIB

Sejumlah Lahan Sawah di Ciamis Alami Puso

Dari 21 hektare yang puso, ada seluas 7 hektare yang sudah diasuransikan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Petani memanen padi di area persawahan yang dilanda puso (ilustrasi)
Foto: Antara/Rahmad
Petani memanen padi di area persawahan yang dilanda puso (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Tanaman padi seluas 21 hektar di tiga desa di Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Jawa Barat mengalami gagal panen alias puso. Penyebabnya karena kekeringan yang melanda daerah tersebut. Dampaknya, petani setempat diperkirakan merugi hingga ratusan juta rupiah.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sindangkasih, M Subarna menyebut luas areal pesawahan di Kecamatan Sidangkasih mencapai 660 hektare. Berdasarkan jumlah itu, terdapat sebagian sawah yang mengalami puso, di antaranya terjadi di tiga desa, yaitu Desa Sukaraja, Budiharja dan Gunungcupu.

“Dari data kami ada 21 hektar lahan sawah yang gagal panen, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp600 juta,” katanya pada wartawan, akhir pekan ini.

Beruntung, dari sejumlah lahan sawah gagal panen itu, ada sebagian yang sudah dimasukan dalam asuransi tani. Sehingga petani bisa mengklaim asuransi guna mengurangi kerugian gagal panen. "Dari 21 hektar tersebut, ada seluas tujuh hektar yang sudah diasuransikan, jadi bisa dapat penggantian," ujarnya.

Ia menilai puso terjadi lantaran sistem pengairan yang tidak sesuai. Saat ini saja ada 50 hektar sawah yang berjenis tadah hujan. Sebagai solusi, ia mengajukan bantuan pompanisasi bagi lahan yang masih punya potensi air. Selain itu, ia menekankan pentingnya menanam palawija di musim kemarau ini.

"Kami mengimbau kepada petani untuk menanam palawija di musim kemarau. Palawija dari segi keuntungan sangat bagus, dari pada memaksakan menanan padi, risiko gagal panennya tinggi, lebih masuk akal menanam palawija karena tanaman ini sangat cocok untuk cuaca kering," imbaunya.

Sementara itu, salah satu petani di Desa Gunungcupu, Maesaroh mengambil opsi panen lebih awal meski usia padinya belum cukup umur. Sebab ia resah padinya mati karena krisis air yang kini melanda. "Ya enggak apa-apa terpaksa panen sekarang daripada puso. Tapi hasil panen memang bakal turun," ucapnya.

Ia memantau masalah kekurangan air berdampak pada banyak bulir padi yang kosong. Ditambah lagi ada bulir yang masih hijau, karena pertumbuhannya terganggu. “Banyak gabah yang kosong dan banyak juga yang masih hijau. Kalau tidak segera dipanen, tanaman bisa mati, kurang air,” tuturnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement