REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Warga Kabupaten Lombok Barat (Lobar), NTB, dihantui dengan merebaknya penyakit malaria. Kondisi pengungsian yang kurang bersih menyebabkan tingginya potensi warga terserang malaria.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (Lobar) Rahman Sahnan Putra saat rapat evaluasi penanganan bencana di Ruang Rapat Rumah Dinas Bupati Lobar, Jumat (31/08). Rahman mengatakan, kondisi pengungsian yang kurang bersih dengan rata-rata kapasitas per tenda membludak, ditambah lagi dengan sanitasi serta peralihan musim kemarau ke musim hujan, menambah subur perkembangan nyamuk anopeles dan jenis nyamuk lainnya yang khas saat musim hujan.
Pihak Dinas Kesehatan Lobar, kata Rahman, menemukan paling tidak 32 kasus malaria di pengungsian. Rinciannya, 27 kasus di Desa Bukit Tinggi dan lima kasus di Desa Mekar Sari. Keduanya merupakan wilayah kerja dari Puskesmas Penimbung.
"Kita sudah laporkan ke Crisis Center di Provinsi tiga sampai empat hari sebelum kasus kita temukan," ujar Rahman.
Namun, ia katakan, hal itu kurang mendapat respons dari pihak provinsi. Bahkan, tambah Rahman, pihaknya pun melaporkan hal tersebut ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan meminta kelambu anti nyamuk.
Sampai saat ini, lanjutnya, telah melakukan intervensi dengan memberikan pengobatan kepada para pasien tersebut. Untuk sementara, para pasien masih diberikan pelayanan rawat jalan karena masih bisa ditangani.
"Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat lokasi penyebaran penyakit tersebut sangat dekat dengan lokasi pengungsian," katanya.
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid meminta agar aspek kesehatan tersebut menjadi prioritas penanganan sebelum Presiden Jokowi Indonesia hadir di Gunung Sari. "Segera kita kerahkan seluruh komponen untuk bergotong royong. Bukan hanya untuk kedatangan presiden, tapi menjadi rutin demi menjaga kesehatan para pengungsi," kata Fauzan.
Ia pun kembali menegaskan agar pihak BNPB secepatnya bisa merespons laporan dan memperbaharui datanya tentang kondisi pasca gempa di Lobar. "Kelambu itu kita yang butuh, tapi malah dikirim ke Lombok Utara dan Lombok Timur," keluh Fauzan.
Presiden Joko Widodo direncanakan datang lagi ke Pulau Lombok untuk memastikan proses rekonstruksi pasca
gempa dapat dimulai dan berproses dalam waktu cepat. Kedatangannya dijadwalkan selama dua hari, yaitu pada 2-3 September untuk kemudian bertolak ke Pulau Sumbawa mengecek langsung kondisi akibat gempa di Kabupaten Sumbawa. Selain mengunjungi Kecamatan Tanjung dan Pemenang di Kabupaten Lombok Utara, Jokowi direncanakan menginap dan menonton penutupan Asian Games XVIII bersama para pengungsi di Kantor Camat Gunung Sari.