REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selain bersaing di laga Asian Games 2018, Indonesia dan Malaysia nyatanya tengah bersaing juga di UNESCO untuk mendapat pengakuan soal pencak silat sebagai warisan kebudayaan. Untuk melawan klaim Malaysia tersebut, tim kebudayaan Indonesia telah menyiapkan kajian yang mendalam tentang asal-usul, variasi, pengaruh hingga penyebaran seni bela diri tersebut.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid menilai, strategi tersebut telah efektif untuk menguatkan klaim bahwa pencak silat memang benar-benar berasal dari Indonesia.
“Yang kita lakukan dari kajian ini adalah menuliskan kronologinya itu, kemudian bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu sehingga itu kemudian menjadi seperti sekarang. Sejauh ini kajian itu cukup efektif menegaskan sebetulnya silat itu dari mana,” jelas Hilmar kepada Republika, Rabu (29/8).
Selain kajian, kata Hilmar, tentunya perlu ditunjang dengan publikasi dari berbagai elemen bangsa. Mulai dari publikasi ilmiah, memuat artikel-artikel seperti di majalah, surat kabar, blog, vlog, portal berita daring dan platform lain yang bisa memperkuat kepemilikan silat di Indonesia.
“Karena itu, kuncinya sekarang kita harus memperkuat klaim itu, 'di mana sih silat itu berasal?' itu tugas kita semua,” tegas dia.
Dia mengungkap, tak jarang komentar-komentar datang dari masyarakat terkait klaim Malaysia tersebut. Namun dia mengajak agar masyarakat Indonesia bisa bersaing dengan cerdas, artinya melawan klaim Malaysia dengan memperkuat studi, kajian dan publikasi tentang pencak silat di Indonesia.
“Tentu ini isu populer ya, semua orang pada komentar ‘silat kita dicuri seharusnya itu dipertahankan’, segala macam . Tapi kok saya lebih cenderung, ya sudah mending kita kuatkan klaim kita,” tegas dia.