Rabu 22 Aug 2018 16:42 WIB

Dedi Mulyadi: Idul Adha Momentum 'Sembelih' Hawa Nafsu Anak

Orang tua punya peran penting dalam mengendalikan hawa nafsu anak-anaknya.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, usai mengikuti shalat Idul Adha dan menyerahkan sapi untuk kurban bagi warga Desa Wanci, Kecamatan Kotabaru, Karawang, Rabu (22/8).
Foto: dokumen pribadi
Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, usai mengikuti shalat Idul Adha dan menyerahkan sapi untuk kurban bagi warga Desa Wanci, Kecamatan Kotabaru, Karawang, Rabu (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi memaknai Idul Adha sebagai momentun untuk 'menyembelih' hawa nafsu anak. Pasalnya, saat ini, banyak anak-anak khususnya di Jabar, yang terlibat dalam tindak pidana. Bahkan, mereka sering menuntut hal yang tak masuk akal terhadap orang tuanya.

"Karena itu, hawa nafsu anak-anak kita harus 'disembelih'. Artinya, orang tua harus mampu meredam emosi anak-anak, supaya tidak menjadi pribadi yang liar dan tak terarah," ujar Dedi, usai melaksanakan shalat ied di Masjid Taufiqul Amal, Desa Wanci, Kecamatan Kotabaru, Karawang, Rabu (22/8).

Menurut Dedi, umat manusia pada umumnya harus meneladani nilai dalam Idul Qurban. Nabi Ibrahim, meminta kerelaan Ismail untuk disembelih. Itu simbol agar para orang tua menyembelih hawa nafsu anaknya. Bukan menyembelih dengan arti harfiah, memotong anaknya.

Tetapi, yang harus dipotong itu adalah hawa nafsu. Orang tua, punya peran penting dalam mengendalikan hawa nafsu anak-anaknya. Karena itu, pendidikan di dalam rumah, menjadi dasar bagi tumbuh kembang anak-anak.

Saat ini, di zaman milenal, lanjut Dedi, banyak orang tua yang 'kalah' dengan anaknya. Setiap keinginan anak, selalu dituruti. Bahkan, tak sedikit orang tua yang seolah-olah membiarkan anaknya. Sehingga, kasus anak dengan tindakan yang melanggar hukum, akhir-akhir ini menjadi marak.

Untuk itu, pada momentum Idul Adha ini, sudah seharusnya para orang tua meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim. Dulu, Nabi Ibrahim diuji keimanan dan ketakwaannya oleh Allah SWT, untuk menyembelih anaknya Ismail.

Meskipun dengan perasaan galau dan berat hati, perintah Allah SWT tersebut tetap dijalankan oleh Nabi Ibrahim. Utusan Allah tersebut, lalu mengasah goloknya supaya tajam. Ketika, golok tersebut mengenai leher anaknya, Ismail tidak kesakitan.

Tetapi, Allah SWT justru mengganti Ismail yang saat itu sudah pasrah dan berserah dengan seekor kambing gemuk yang dibawa dari surga. Dengan begitu, yang disembelih oleh Ibrahim, bukanlah Ismail putra kesayangannya. Melainkan, kambing.

"Dari kisah itu, maka keturunan Ibrahim dan Ismail sampai hari ini menjalankan ibadah kurban," ujar Dedi.

Nilai pengorbanan ini, sambung Dedi,  sangat penting ditanamkan sejak dini. Langkah ini dalam rangka mencegah sikap brutal dan amoral dari anak-anak. Tren yang hari ini berkembang, anak-anak inginnya pasti beli motor, beli gadget dan barang konsumtif lain. 

Sedangkan, kondisinya itu belum sesuai dengan usia mereka. Kalau dibiarkan ini negatif untuk tumbuh kembang anak. Mereka bisa menjadi generasi konsumtif. Dengan begitu, para orang tua harus bersikap proporsional dalam mendidik anak-anaknya.

"Intinya, jangan semua keinginan anak dituruti. Harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial orang tuanya. Makanya, hawa nafsu anak harus disembelih (dikendalikan)," ujar Dedi.

Dalam kesempatan itu, Mantan Bupati Purwakarta tersebut menyerahkan hewan kurban berupa seekor sapi. Hewan tersebut, merupakan hasil dari peternakan pribadinya. Selain itu, dia membawa makanan khas Purwakarta, sate maranggi untuk dinikmati jamaah usai shalat Idul Adha. 

"Sebelum sapinya disembelih, kita makan Satai Maranggi dulu. Biar nanti daging sapinya diantar langsung panitia ke rumah warga yang membutuhkan. Jadi, warga tidak perlu antre dan berdesakan,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement