Senin 20 Aug 2018 21:28 WIB

Dedi Mulyadi Minta AG Jangan Jadi Ajang Nyinyir

Warga harus bisa membedakan, mana ranah pemerintah atau kancah politik.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi.
Foto: Dok Pribadi
Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Asian Games 2018 merupakan hajat negara Indonesia. Sehingga, sangat tidak patut bila perhelatan olah raga tingkat Asia ini jadi ajang nyinyir dua kubu yang berbeda pendapat politik. Karena itu, nyinyir ataupun tindakan negatif lainnya harus segera dihentikan. Sebab, AG ini menyangkut nama baik bangsa.

Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, meminta kepada seluruh warga terutama pendukung dua kubu yang berbeda pandangan soal politik, supaya segera menghentikan kegiatan nyinyir mereka. Apalagi, mereka nyinyir terhadap pemerintahan. Jadi, warga harus bisa membedakan, mana ranah pemerintah atau kancah politik.

"Asian Games ini hajat bangsa Indonesia. Tapi, masih saja banyak yang nyinyir. Ini bukan persoalan politik. Melaikan, ini soal momentum olah raga tingkat nasional," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Senin (20/8).

Pembawa obor Asian Games 2018 di Purwakarta ini menilai, pembukaan event tersebut sangat spektakuler. Mata dunia terpana atas keragaman kultur yang ditambilkan dalam opening ceremony yang digelar di GBK itu.

Harus diakui, bahwa mata dunia terpana dan ini keberhasilan Indonesia. Tidak perlu lagi ada perdebatan antara cebong dan kampret soal ini. Karena mereka sama-sama hidup di sebuah negara yang saat ini, Joko Widodo adalah Presidennya. 

Dedi juga mengkritisi sentimen pembicaraan netizen yang muncul di media sosial. Menurutnya, butuh kearifan untuk membedakan Joko Widodo sebagai Presiden RI dan sebagai Capres pada Pilpres 2019 mendatang. 

Saat pembukaan Asian Games, pada 18 Agustus kemarin, kapasitas mantan Wali Kota Solo tersebut adalah sebagai Presiden RI. Sehingga, sangat tidak arif jika ada sebagian pihak yang mengaitkannya dengan kontestasi Pilpres tahun depan. 

"Tidak elok rasanya, mencampurkan urusan politik ke dalam event Asian Games. Sebaiknya doakan para atlet kita agar bisa mendulang emas yang banyak. Kalau mereka juara, kita sebagai bangsa juga kan ikut senang," ujarnya.

Pemeran pengganti

Dedi Mulyadi, merasa miris melihat perilaku netizen. Pasalnya, mereka malah sibuk berkomentar tentang pemeran pengganti (stuntman) Joko Widodo saat mengendarai motor besar. 

Hal itu, kata Dedi, sangat tidak substansif dalam kehidupan kebangsaan. Bahkan,dalam seni peran. Karena, penggunaan pemeran pengganti merupakan hal lumrah yang biasa dilakukan di dunia entertain. Jangankan sekelas Presiden, aktor laga saja yang jago bela diri, sering menggunakan pemeran pengganti dalam adegan berbahaya.

"Bintang Hollywood saja pakai stuntman kok. Ini Presiden kita loh. Justru, kita harus mengapresiasi Presiden yang mendobrak protokoler menjadi entertaint," ujar Dedi.

Bahkan, mantan Bupati Purwakarta dua periode ini, sangat memuji akting Jokowi dalam video pembukaan seremonial AG tersebut. Pihaknya juga sangat mengapresiasi, tim kerabat kerja yang dengan apik dan caimik menyuguhkan tontonan yang sangat bermutu dan opening cerrmony tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement