Senin 20 Aug 2018 17:45 WIB

PT BA Buru Investor Lanjutkan Proyek Batu Bara Sawahlunto

Industri batu bara Sawahunto dihentikan secara bertahap sejak 2004.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Muhammad Hafil
PT Bukit Asam Tbk dan Pemkot Sawahlunto, Sumatra Barat berencana membuka lubang tambang baru untuk destinasi wisata. Lubang-lubang tambang yang dikelola PTBA memang tak lagi beroperasi menyusul biaya produksi batu bara yang tak lagi ekonomis bagi perusahaan.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
PT Bukit Asam Tbk dan Pemkot Sawahlunto, Sumatra Barat berencana membuka lubang tambang baru untuk destinasi wisata. Lubang-lubang tambang yang dikelola PTBA memang tak lagi beroperasi menyusul biaya produksi batu bara yang tak lagi ekonomis bagi perusahaan.

REPUBLIKA.CO.ID,  SAWAHLUNTO - PT Bukit Asam Tbk masih berupaya mencari investor yang bisa diajak kerja sama untuk kembali menggarap lapangan batu bara Ombilin di Sawahlunto, Sumatra Barat. Jumlah cadangan batu bara di lapangan Ombilin I, II, dan III yakni di kawasan Sawah Luwung, Waringin-Sugar, dan Sigalut masih 'tersisa' 110 juta ton. Dari angka tersebut, jumlah cadangan yang bisa diproduksi sebanyak 23 juta hingga 30 juta ton.

"Yang jelas siapa saja yang kami anggap firm kami ajak kerjasama. Yang kami cari tentu partner yang bisa menyediakan teknologi dengan cost yang lebih rendah," jelas GM PT Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin (UPO) Nan Budiman di Sawahlunto, Senin (20/8).

Industri pertambangan batu bara di Sawahlunto memang secara bertahap dihentikan oleh PTBA sejak 2004 lalu. Pada 2017, seluruh kegiatan produksi praktis dihentikan karena biaya produksi dinilai tidak sebanding dengan harga jual batu bara. Meski komoditas batu bara yang diproduksi di Sawahlunto dikenal dengan batu bara terbaik dunia, dengan angka kalori mencapai 7 ribu kcal per kg, namun harga jualnya tidak mampu menutup biaya produksi yang semakin mahal.

"Kita tahu cadangan Ombilin masih banyak, namun untuk underground mining. Sebetulnya kajian teknis ngga ada masalah. Namun masalahnya kajian ekonomis. BUMN kan dituntut profit juga," jelas Nan.

Nan menyatakan, perusahan tidak memiliki target waktu kapan bisa menggandeng mitra untuk melanjutkan proyek batu bara di Sawahlunto. Menurutnya, sepanjang ada mitra yang bisa menyediakan opsi teknologi untuk menekan biaya produksi, maka peluang untuk melanjutkan produksi batu bara di Sawahlunto kembali terbuka. Lapangan yang jadi target produksi nanti adalah Ombilin III.

"Untuk saat ini, kami memilih fokus memanfaatkan aset-aset kami untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata," ujar Nan.

Sebagai informasi, teknologi yang tinggi dibutuhkan untuk mengambil cadangan batu bara di Ombilin yang rata-rata berada di kedalaman 800 meter di bawah permukaan tanah. Teknologi yang canggih tentu membutuhkan biaya mahal. Hal ini sempat membuat Bukit Asam merugi hingga Rp 53 miliar per tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement