Jumat 17 Aug 2018 10:46 WIB

Pesan Heroik Pengungsi Gempa saat Upacara Bendera

Warga diajak untuk menuai hikmah dari apa yang terjadi

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Hazliansyah
Warga di pos pengungsian di Dusun Pakel, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar upacara bendera di pos pengungsian pada Jumat (17/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Warga di pos pengungsian di Dusun Pakel, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar upacara bendera di pos pengungsian pada Jumat (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Keterbatasan tak mengurangi antusias warga terdampak gempa yang tinggal di pos pengungsian untuk merayakan hari jadi Indonesia. Seperti yang terjadi di pos pengungsian di Dusun Pakel, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dengan khidmat mengikuti jalannya prosesi upacara bendera di lokasi pengungsian.

Tak seperti upacara bendera pada umumnya yang dibalut dengan ragam sarana memadai, para warga menyulap lokasi pengungsian menjadi lapangan upacara di samping-samping tenda darurat yang mereka buat.

Penyelenggara upacara, dari pengibar bendera hingga pembina upacara merupakan warga yang tinggal di tenda pengungsian. Sebatang bambu menjadi tiang untuk prosesi penaikan bendera merah putih.

Pembina upacara, Iskandar Zulkarnain (47) tampil gagah dengan balutan sorban yang ia selendangkan, sarung serta kopiah. Dengan berapi-api ia menggugah semangat korban gempa. Iskandar sendiri merupakan salah satu dari ribuan warga yang tinggal di tenda pengungsian ini.

"Satu rasa, satu nasib, satu penderitaan. Dari tenda pengungsian ini, mari bersama kita bangkit dan bangun kembali Lombok. Dari tempat ini kita coba menuai apa hikmah dari yang kita alami," ujarnya di Dusun Pakel, Lombok Barat, NTB, Jumat (17/8).

Ia mengajak para warga untuk tak henti bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

"Gempa 7 skala Richter (SR) yang mengguncang kita, tidak akan pernah menggoyahkan iman kita, dan semangat kita tidak akan pernah lumpuh. Jasmega, jangan sekali-kali mengeluh karena gempa," lanjutnya.

Ia mengajak warga merenungkan kembali perjuangan para pendahulu bangsa yang berjuang dengan darah untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia. Memang, kata dia, saat ini Jepang dan Belanda sudah tak lagi menjajah. Namun, pada era sekarang, penjajahan berasal dari diri masing-masing.

"Kita semua bertekad merdeka. Merdeka dari mengeluh, karena Alquran telah memberikan kita rekomendasi, petunjuk bahwa musibah yang menimpa kita sudah digariskan dari Allah SWT," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement