Kamis 16 Aug 2018 16:10 WIB

Pedagang Suvenir di Pantai Kuta: Lombok Aman Mister

Sejumlah WNA tetap berada di Lombok lkarena kondisinya masih aman.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok, NTB, Kamis (16/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok, NTB, Kamis (16/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Siti Harliza terlihat mondar-mandir di sepanjang Pantai Kuta yang berada di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika pada Kamis (16/8) siang. Cuaca terik yang menyengat tak membuatnya menepi. Ia memilih bertahan di bawah pohon yang berada di tepi pantai.

Sesekali ia menghampiri wisatawan yang kedapatan sedang berada di Pantai Kuta. Sejumlah kain tenun, kaos, hingga kain pantai ia tenteng dengan kedua tangannya dan sisa barangnya yang lain dia letakan di atas kepalanya.

"Ayo mas dibeli ini kain tenun dan kaos Lomboknya," ujarnya kepada wisatawan.

Perempuan asal Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, merupakan satu dari sekian banyak penjual oleh-oleh khas Lombok yang biasa beroperasi di sepanjang Pantai Kuta. Ia mengaku pendapatannya saat ini jauh berkurang dibanding hari-hari biasa. 

Untuk hari ini saja, kata dia, belum ada satu pun dagangannya yang laku terbeli. Bencana gempa yang melanda Pulau Lombok menjadi alasan di balik menurunnya jumlah pembeli. 

photo
Anak-anak menjual suvenir di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.

Perempuan berusia 40 tahun itu mengatakan, tingkat kunjungan wisatawan ke Pantai Kuta relatif menurun dibandingkan pada sebelum gempa. "Padahal biasanya Agustus begini ramai tamu lokal dan bule, sehari biasanya kita bisa dapat Rp 300 ribu, sekarang ini paling-paling Rp 50 ribu," kata dia.

Siti mengaku kesal bukan kepalang dengan adanya informasi yang beredar bahwa Lombok tidak aman untuk dikunjungi. Ia mengatakan, memang benar getaran gempa yang terjadi cukup besar, dan bisa ia rasakan di Lombok Tengah, meski dengan getaran yang relatif ringan. 

Namun, ia tidak sependapat dengan anggapan bahwa seluruh Pulau Lombok tidak aman dikunjungi. "Lombok aman mister, kemarin gempa memang kita rasakan tapi sedikit, pokoknya Lombok aman jadi jangan takut," ucap kepada turis asing yang lewat di depannya.

Siti, sebagaimana warga Lombok lainnya, juga merasa khawatir dengan kejadian gempa yang seolah tak berhenti karena adanya gempa susulan. Namun, ia mengaku tetap harus bergerak dan beraktivitas kembali menjajakan dagangannya untuk menghidupi keluarganya.

"Yah kita berdoa saja semoga kembali normal lagi, dan korban di utara (Lombok Utara) sana diberikan kekuatan," kata Siti menambahkan.

Sejumlah WNA bertahan

photo
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika

Sementara itu, sejumlah warga negara asing (WNA) memilih tetap berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pascagempa yang melanda wilayah ini dalam beberapa pekan terakhir. Wisatawan asal Belanda, Tasya, mengaku memilih bertahan karena kondisi di Lombok masih aman.

Memang, ia mengaku khawatir dengan gempa susulan yang masih kerap terjadi pascagempa berkekuatan magnitudo tujuh skala Richter (SR). Terlebih, ia merasakan sendiri kondisi yang terjadi pada Ahad (5/8) malam, di mana gempa itu terjadi. 

Saat kejadian, ia sedang berada di  Desa Montong Are, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, bersama orang tua dan anaknya. "Setiap orang takut, panik, sangat terasa gempanya, apalagi ada isu tsunami," ujarnya di Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Kamis. 

Berbeda dengan kebanyakan turis asing yang pergi keluar dari Pulau Lombok, ia mengajak keluarganya untuk menginap di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah selama enam hari ke depan. Ia menilai, tidak seluruh Lombok terdampak gempa, salah satunya di Lombok Tengah yang masih aman untuk dikunjungi.

"Yang saya khawatirkan anak saya makanya saya akan ke Mandalika dahulu. Kita berencana mau ke gili soalnya nanti kalau sudah kondusif," lanjutnya.

Tasya mengaku kagum dengan penanganan bencana dan juga kontribusi masyarakat Indonesia yang bahu-membahu membantu warga korban gempa di Lombok Utara dan Lombok Barat. "Kepedulian masyarakat Indonesia sangat luar biasa dan begitu cepat, saya pikir Lombok sangat, sangat aman untuk dikunjungi," kata dia.

photo
Turis di KEK Mandalika.

Hal senada juga dikatakan Larbi. Warga asal Maroko ini berharap kondisi di Lombok bisa kembali normal. Dia menyampaikan, kondisi Lombok sejatinya baik-baik saja, terlebih di KEK Mandalika.

"Lombok masih aman, mudah-mudahan para turis lain tidak khawatir dan datang ke sini lagi," ucapnya. 

Larbi memiliki tiga restoran di kawasan ini dengan jumlah karyawan mencapai 128 orang, di mana seluruhnya adalah para pemuda sekitar kawasan. Dia berharap, kondisi di Lombok bisa kembali normal agar usahanya tetap berjalan seperti biasanya.

"Dampaknya tentu ada, ya kita minta tolong semua orang promosikan Lombok aman untuk membantu perekonomian tetap lancar," kata Larbi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement