Kamis 16 Aug 2018 04:43 WIB

‘Kami Bukan Tukang Sulap, Visi-Misi Jokowi Harus Konkret’

Ilusi pada pilpres harus diwujudkan dalam visi-misi konkret agar janji bisa dicapai.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ratna Puspita
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem, Johnny G. Plate
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem, Johnny G. Plate

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Indonesia Kerja sedang menyusun visi dan misi pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate mengatakan koalisi mengupayakan visi-misi yang konkret dan masuk akal. 

Ia mengatakan visi-misi yang masuk akal ditunggu rakyat Indonesia di zaman sekarang. Selain itu, koalisi Jokowi-Ma’ruf tidak mau hanya memberikan ilusi yang tidak tercapai kepada rakyat.

“Kami bukan tukang sulap yang hanya memberikan ilusi-ilusi pada rakyat,” kata Johnny kepada wartawan di Kantor DPP Nasdem, Rabu (15/8). 

Baca Juga: Pertemuan Ma'ruf-Amin dan HRS Bukan Strategi Tim Pemenangan

Johnny menjelaskan setiap kali ajang pemilihan presiden (pilpres) digelar, selalu ada ilusi yang akan digaungkan kepada rakyat. Ilusi tersebut, ia menerangkan, presiden yang menang akan membuat seluruh rakyat sejahtera.

“Jika menang jadi presiden maka seluruh rakyat akan kaya, punya pekerjaan, dan utang harus bisa dilunasi. Itu ilusi dalam Pilpres,” kata dia. 

Menurut Johnny, ilusi seperti itu harus dicarikan jalan agar cita-cita atau janji-janji yang dilontarkan pasangan calon bisa dicapai. Salah satunya melalui vivi-misi capres-cawapres yang konkret dan masuk akal. 

Menurut Johnny, fokus utama Jokowi-Ma’ruf, yakni pada isu kesenjangan ekonomi. Ia mengatakan kelompok-kelompok tertentu kerap mengistilahkan hal itu sebagai isu keumatan. 

photo
Calon presiden pejawat Joko Widodo bersama calon wakil presiden KH Ma'ruf Amin berfoto sebelum melakukan sesi pemeriksaan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Ahad (12/8).

Kesenjangan ekonomi, lanjut dia, sering menjadi sesuatu yang termarjinalkan dan perlu diprioritaskan oleh pemerintahan ke depan. “Sebenarnya ada isu persatuan bangsa, tetapi itu sudah lewat dan yang berkembang saat ini adalah persoalan ekonomi. Ini harus kita carikan jalannya,” kata dia.

Ia berharap gelaran pilpres tidak hanya ditandai dengan populisme retorika pasangan calon. Karena itu, dia berharap pilpres akan menjadi wadah adu gagasan berkualitas antar Paslon.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, kondisi perekonomian di era Jokowi-JK kian memburuk. Hal itu ditandai dengan melemahnya daya beli akibat harga-harga bahan pokok yang makin tinggi. 

Di satu sisi, pembangunan infrasrtuktur yang digenjot pemerintah pun tak membuahkan hasil. Melihat problematikan tersebut, kubu Prabowo-Sandiaga akan memfokuskan program pada isu perekonomian untuk memecahkan masalah bangsa. 

“Ada masalah hukum, masalah politik, sosial. Tapi yang terutama adalah ekonomi. Bagaimana kita menyelesaikan ekonomi yang makin hari semakin buruh di pemerintahan Jokowi,” kata Fadli.

Baca Juga: Gerindra Fokus Tiga Ekonomi pada Kampanye Pilpres 2019

Direktur Populi Center Usep S Ahyar mengatakan, sebaiknya partai-partai pengusung kedua paslon menghadirkan diskursus publik yang membangun. Sebab, sejauh ini, tim-tim kampanye dalam setia pemilihan umum sering menjual emosi dan saling menyerang satu sama lain.

Alhasil, bukannya adu gagasan, tim pasangan calon justru memperkeruh suasana di tengah masyarakat. Masing-masing paslon dan tim kampanye harus mengatur cara berkomunikasi dengan baik agar masyarakat mendapatkan pencerahan dalam euforia politik yang segera digelar.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement