REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan ikut merespons pernyataan Mahfud MD yang menceritakan kronologi dirinya batal menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, dinamika penentuan calon wakil presiden di kubu Jokowi lebih seru.
“Saya nggak mengira seseru itu, ya. Ternyata kan tidak mudah prosesnya," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (15/8).
Ia menilai ada banyak intrik di dalam penentuan cawapres Jokowi. Ia mengungkapkan hal itu justru berbeda dengan proses yang dilakukan oleh kubu pendukung Prabowo Subianto yang lebih sederhana.
"Pak Prabowo mengambil posisi, kami semua berkorban untuk mendukung ambil posisi begitu," katanya.
Terkait adanya kekhawatiran di masyarakat bahwa NU berpolitik praktis, ia menyebut hal itu merupakan urusan internal PBNU. "Melihat dari pendapat Pak Mahfud, ternyata rumit dan banyak intriknya. Komentar saya gitu. Sebenarnya seperti apa? Ya tanya langsung," kata ketua MPR tersebut.
Baca Juga: Koalisi Indonesia Kerja Yakin Mahfud MD Tetap Bersama Jokowi
Pada tayangan "Indonesia Lawyers Club" (ILC) TVOne, Mahfud membeberkan kronologi dirinya ditunjuk sebagai cawapres Jokowi hingga menjelang deklarasi di Restoran Plataran, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (9/8) pekan lalu.
Mahfud mengaku telah menyerahkan baju kemeja kepada Istana untuk dipakai saat deklarasi serta berbagai persyaratan administrasi yang dibutuhkan. Selain itu, Mahfud mengatakan, telah diberikan instruksi oleh pihak Istana terkait teknis saat deklarasi.
Termasuk, Mahfud akan menaiki motor dari Gedung Joang 45 secara berboncengan ketika mendaftar ke KPU. Namun, saat deklarasi digelar, Jokowi mengumumkan KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Keputusan tersebut pun mengejutkan banyak pihak.
Mahfud mengaku ancaman penarikan dukungan dari PBNU membuatnya batal dicalonkan menjadi RI-2. Kendati batal menjadi pendamping Jokowi, ia mengaku ikhlas dan menganggap hal itu adalah realitas politik.