Senin 13 Aug 2018 19:06 WIB

Kota Malang Luncurkan Gerakan Gemar ke Pasar

Diharapkan gerakan ini dapat menjadi hal masif di masyarakat

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Telur dan bawang putih mengalami kenaikan di Pasar Besar Kota Malang, Kamis (10/5).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Telur dan bawang putih mengalami kenaikan di Pasar Besar Kota Malang, Kamis (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meluncurkan Gerakan Gemar ke Pasar pada Senin (13/8). Gerakan ini diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Malang, Sutiaji saat melakukan rapat koordinasi bersama Sekda, jajaran asisten, ataf ahli dan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di ruang rapat Walikota Malang.

Sutiaji mengatakan, gerakan ini tidak ditujukkam dalam konteks memposisikan secara berhadapan antara pasar tradisional dengan modern. Namun lebih pada adanya nilai-nilai budaya bangsa yang hidup di Pasar Tradisional. "Di sini (pasar), silaturahim mampu terus dipupuk, kehangatan hubungan mampu terbangun, dan jiwa sosial terus dihidupkan," kata walikota terpilih periode 2018 hingga 2023 ini.

Sutiaji berharap, gerakan ini dapat menjadi hal masif di masyarakat ke depannya. Untuk langkah awal, dia mendorong, Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Malang agar belanja di pasar tradisional. Melalui gerakan ini, Sutiaji menilai setidaknya nilai-nilai budaya yang ada di pasar sebagai salah satu media penguat nilai kebangsaan dapat hidup kembali.

Seperti diketahui, kata Sutiaji, kemajuan teknologi itu sebuah keniscayaan. Mesin telah banyak menggantikan manusia dan menggeser nilai nilai serta budaya.

Yang paling mencolok, dia melanjutkan, dampak negatif pada kemajuan teknologi, yakni semakin kuatnya sikap individualistik. Bahkan, pada titik tertentu terlihat adanya "perilaku robotik" dan renggangnya hubungan sosial.

"Oleh karenanya harus kita hidupkan secara masif lembaga-lembaga sosial yang memiliki nilai sosial dan budaya nusantara. Di antaranya adalah keberadaan pasar karena di pasar, interaksi sosial pasti terjadi. Di pasar, komunikasi fisik langsung terjadi antara produsen dengan konsumen, bahkan di antara konsumen itu sendiri," ungkap dia melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Senin (13/8).

Secara fisik, Sutiaji tak menampik, lingkungan pasar sering dinolai kurang nyaman. Namun hal ini sebenarnya bisa dihindarkan dengan melakukan langkah revitalisasi. Kondisi ini terlihat pada pasar Oro-oo Dowo Kota Malang yang mampu memberikan kenyamanan tersendiri. Bahkan pasar ini memiliki konsep "modern adaptable" dan menggunakan pembayaran retribusi non tunai (e-retribusi). 

"Ada juga fasilitas kursi tunggu, troiler (kereta dorong belanja), ruang laktasi dan info digital harga sembako. Hal inilah menegaskan pasar sangat layak untuk dijadikan rujukan sekaligus terus dibudayakan," tegas Sutiaji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement