REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menceritakan alasannya menolak tawaran Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres). Ia mengatakan ingin menyelesaikan amanat yang disampaikan warga Jakarta kepadanya.
"Saya sampaikan bahwa terimakasih atas undangannya. Tapi saya merasa tanggung jawab di Jakarta ini tidak kecil. Dan saya punya banyak komitmen yang harus saya tuntaskan," kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (13/8).
Anies menceritakan, salah seorang warga yang menitipkan amanah adalah Ibu Saidah dari Kampung Bukit Duri. Semasa kampanye, Anies pernah menyambangi wilayah tersebut. Saidah, menitipkan selembar selendang kepadanya.
"Saya terima sarung dari Ibu Saidah di Bukit Duri. Beliau titip anak Jakarta, saya terima. Saya ingin menuntaskan itu. Saya sampaikan kepada semua mari kita selesaikan apa yang jadi amanat kita dan kita harapkan terjadi perubahan untuk Jakarta," kata dia.
Sebelumnya, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menerima pinangan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk menjadi cawapres dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Sandiaga menceritakan, tawaran itu pada awalnya diberikan kepada Anies. Namun, Anies menolak. Ia menyatakan ingin menuntaskan amanat dan janji-janjinya di Jakarta. Usai mendengar penolakan tersebut, kata Sandiaga, Prabowo pun menawarkan posisi itu kepada dirinya.
Anies menceritakan, selendang dari Saidah dihibahkan pada 9 Januari 2017. Saat memberikan selendang itu, Saidah meminta dirinya 'menggendong' anak-anak mereka di Jakarta. "Ini bukan hanya titipan yang sederhana dan selendang itu selalu ada di mobil dan tidak pernah tidak saya bawa. Ini jadi pengingat bagi saya bahwa ini adalah amanat dari seorang ibu di sebuah kampung yang jadi puing-puing," kata Anies.