Sabtu 11 Aug 2018 15:15 WIB

Tenaga Pendidik Diminta Lakukan Pemulihan Trauma

Sekolah dimulai Senin, tapi tidak ada kegiatan belajar melainkan pemulihan trauma.

Polwan polres Lotim melaksanakan trauma healing kepada anak-anak korban gempa bumi di Desa Obel Obel, Lombok Timur, Rabu (8/8).
Foto: Dok Humas Mabes Polri
Polwan polres Lotim melaksanakan trauma healing kepada anak-anak korban gempa bumi di Desa Obel Obel, Lombok Timur, Rabu (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), meminta jajaran pendidikan memberikan kegiatan pemulihan trauma kepada para pelajar saat kembali ke sekolah pascagempa bumi 7,0 skala richter (SR) dan gempa susulan 6,2 SR. Hal ini bertujuan agar mental dan psikologi siswa pulih dan dapat melanjutkan kegiatan belajar seperti semula.

"Kegiatan itupun harus dilakukan di luar ruang kelas, dan selama satu sampai dua jam saja dengan tidak boleh ada sanksi jika ada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan," kata Wakil Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana, di Mataram, Sabtu (11/8).

Dia menyampaikan hal itu guna menegaskan agar jajaran pendidikan dapat memahami kondisi psikologis anak-anak yang masih trauma terhadap bencana gempa bumi dan gempa susulan yang terjadi sepekan terakhir ini. Pasalnya, sebelum gempa susulan 6,2 SR pada Kamis (9/8) siang, pemerintah kota memberikan kebijkan anak-anak mulai masuk pada Senin (13/8) dan belajar aktif.

Baca juga, BNPB: Sejumlah Daerah di Lombok Belum Tersentuh Bantuan

Adanya gempa susulan ini semakin membuat anak-anak, bahkan semua orang trauma kembali ke rumah. "Waktu masuk sekolah tetap pada 13 Agustus 2018, tetapi tidak untuk aktivitas kegiatan belajar mengajar, melainkan pemulihan trauma," kata Mohan.

Dengan demikian, jajaran pendidikan dituntut mampu melakukan berbagai kreativitas mengajak anak-anak bermain sehingga bisa menghilangkan trauma dari mereka. Kegiatan pemulihan trauma pun, harus dilakukan di luar ruangan sebab masih ada beberapa sekolah yang kondisi bangunannya perlu perbaikan pascagempa bumi serta antisipasi gempa susulan.

Mohan juga meminta jajaran sekolah memperbaiki sendiri kerusakan yang tidak terlalu parah. Semisal, retak kecil untuk segera ditutup sehingga saat masuk murid tidak melihat itu dan mereka tidak trauma.

Selain itu, jajaran sekolah juga diminta untuk memperbaiki berbagai tanda petunjuk ruang kelas, ruang guru, serta ruang-ruang lainnya. "Dengan demikian, ketika anak-anak masuk tidak nampak sudah terjadi gempa bumi," ujarnya.

photo
Warga bersepada di samping bangunan yang rusak akibat gempa bumi di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Kamis (9/8).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement