REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), TGB Muhammad Zainul Majdi, menegaskan tetap pada komitmen mendukung Joko Widodo untuk periode kedua pemerintahannya. Hal itu salah satunya karena kinerja dan program Presiden Jokowi fokus pada infrastruktur yang terbukti mendatangkan manfaat besar, khususnya bagi masyarakat di NTB.
''Nah, ini satu contoh sederhana yang menarik di NTB ya. Kenapa kami di NTB bisa cepat untuk menangani tanggap darurat, itu karena infrastruktur di NTB relatif kuat,'' kata TGB di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/8), seperti dikutip dari Antara.
TGB menyebut infrastruktur di NTB diguncang gempa 7,0 SR, lalu digoyang lagi 6,4 SR dan terakhir 5,9 SR. Namun, kata TGB, infrastruktur di NTB tetap kokoh karena NTB dalam 10 tahun terakhir memang telah menyiapkan infrastruktur transportasi yang kokoh.
''Jika tidak kuat, diguncang tiga gempa besar itu, habislah kita semua,'' ujarnya. ''Nah, ini satu contoh sederhana yang menarik di NTB ya.''
TGB menilai pembangunan infrastruktur bisa berguna ketika situasi darurat seperti kondisi diguncang gempa. TGB bersyukur saat ini jalur-jalur utama di NTB semua telah berfungsi kembali, termasuk kondisi jembatan-jembatan yang tetap kokoh berdiri.
TGB mendapati fakta bahwa perhatian pada infrastruktur tidak hanya bisa menciptakan daya saing lebih tinggi, tapi juga gerak perekonomian yang lebih baik dan lebih sehat. ''Artinya apa, pembangunan infrastruktur itu penting sekali, tidak hanya untuk pembangunan ekonomi tapi juga mitigasi bencana,'' katanya.
TGB sebelumnya juga membeberkan alasannya mendukung Jokowi. ''Saya melihat kepemimpinan beliau (Presiden Jokowi) selama empat tahun, saya lihat saya potret dari Sabang sampai Merauke dengan segala kekurangannya dengan segala catatannya, tetapi ada kerja-kerja yang konkret," kata TGB kepada Republika.co.id di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (8/7).
TGB berpandangan, perlu ada upaya-upaya yang berkelanjutan. Juga ada hal-hal yang sifatnya tidak biasa dilakukan. Misalnya ada perhatian khusus terhadap daerah timur Indonesia.
Sebab biasanya pembangunan menggunakan pendekatannya kalkulasi ekonomi. Misalnya di suatu daerah dibangun infrastruktur, maka berapa benefitnya untuk ekonomi nasional.
Menurutnya, pandangan kalkulasi ekonomi sekarang berubah. Sebab sekarang membangun infrastruktur tidak atas dasar kalkulasi kepentingan ekonomi. Tapi bagaimana menghadirkan rasa kebersamaan sebagai anak bangsa.
''Jadi ini hal-hal yang menurut saya dengan segala keterbatasan saya, saya harus apresiasi, ini harus diselesaikan,'' ujarnya. ''Cukup pantas untuk kita memberikan kesempatan beliau menuntaskan seluruh yang dikerjakan dari Sabang sampai Merauke dalam dua periode.''