Jumat 10 Aug 2018 18:55 WIB

Trauma Gempa, Warga Lombok Barat Jumatan di Lapangan

Masyarakat masih trauma dan takut berlama-lama dalam ruangan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Warga Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok  Utara menggelar shalat Jumat perdana pascagempa di lapangan terbuka, Jumat (10/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Warga Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara menggelar shalat Jumat perdana pascagempa di lapangan terbuka, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Masyarakat di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) memilih melaksanakan Shalat Jumat di lapangan terbuka. Gempa susulan dengan magnitudo sebesar 6,2 SR Kamis, (9/8) kemarin, sangat membekas di raut muka para jamaah.

Getaran gempa membuat retak menara Masjid Qamarul Huda. Masjid ini biasanya menjadi tempat khidmat buat warga beribadah.  "Kita trauma dan takut berlama-lama di dalam ruangan. Warga masih trauma. Apalagi menara masjid mengalami retak," kata seorang jamaah, Adit.

photo
Para warga korban gempa melakukan Shalat Jumat berjamaah di posko pengungsian, (10/8).

Adit bersama ratusan jamaah mendengarkan khutbah yang disampaikan tetua desa, Muhammad Adnan. Dalam khutbahnya, Adnan menyampaikan sisi lain dan hikmah dari kejadian bencana agar seluruh manusia bisa kembali kepada kesadaran ilahi. "Membuat hati kita menjadi lembut. Salah satu nilainya adalah kesabaran dan keikhlasan itu," ujarnya.

Kondisi yang sama dirasakan warga Dusun Teloke Desa Senteluk Kecamatan Batulayar. Mereka memilih membangun tenda darurat sebagai tempat Shalat Jumat berjamah.

Dihantui trauma dan kepanikan, warga sepakat untuk tetap mendidirikan tempat ibadah yang tidak jauh dari pengungsian. Padahal kondisi masjid di desa mereka hanya rusak ringan. "Kami buat tenda untuk Shalat Jumat karena warga masih trauma. Jumlah warga yang mengungsi di sini hampir ratusan kepala keluarga," sebut Zulkifli, salah satu warga.

photo
Warga Desa Lingsar, Kabupaten Lombok Barat menggelar shalat Jumat di lapangan karena trauma gempa.

Di tempat terpisah, Bupati Lombok Barat Haji Fauzan Khalid didaulat menjadi khatib sekaligus imam oleh pengungsi korban gempa di Desa Selat Narmada. Bertempat di Masjid Al-Munawwarah, masjid satu-satunya yang masih tegak berdiri karena belum 100 persen jadi, Fauzan menghibur para pengungsi. "Saat-saat ini, kita sedang berduka. Kita harus sabar menghadapinya," ujar Fauzan.

Dalam kesempatan usai shalat, Fauzan meminta para jamaah untuk memaparkan kebutuhan mereka di pengungsian. Ada jamaah yang menyuarakan kebutuhan air bersih dan masalah keamanan. Untuk itu Fauzan berjanji memprioritaskan permasalahan air bersih, sanitasi, perumahan, dan keamanan. "Masalah keamanan, supaya kita hidupkan kembali siskamling," kata Fauzan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement