REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai terpilihnya Kiai Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi menggembirakan bagi nahdiyin atau warga Nahdlatul Ulama. Namun, di sisi lain, pemilihan Ma’ruf juga bisa menggelisahkan nahdiyin.
Umam menjelaskan, si satu sisi, posisi Kiai Ma'ruf akan memberikan banyak manfaat politik dan logistik bagi sel-sel politik NU. Di sisi lain, NU dinilai tidak netral.
"Manuver-manuver politik saat ini mengindikasikan bahwa partai-partai berbasis NU telah secara vulgar memanfaatkan kelembagaan NU sebagai alat deal-deal politik praktis yang bertentangan dengan spirit Khitah 1984," katanya kata Umam di Jakarta, Jumat (10/8).
Baca Juga:
- JK Meyakini Ma'Ruf Bisa Melengkapi Jokowi
- Pengamat: Parpol Nyaman dengan Kiai Ma'ruf Dibanding Mahfud
- Ma'ruf Amin: Cak Imin Perjuangkan Saya Jadi Cawapres
Menurut Umam, ini berpotensi akan merepotkan NU. Sebab, masuknya Kiai Ma'ruf ke politik praktis akan memaksa NU untuk selalu pasang badan menghadapi serangan-serangan terhadap individu Kiai Ma'ruf.
Menurut dia, Kiai Ma'ruf berpotensi diserang dengan isu gratifikasi dan jual beli sertifikasi halal. Hal ini khususnya terkait dengan impor daging sapi yang sempat menguap.
“Karena itu, wajar jika banyak yang menyayangkan bahwa Kiai Ma'ruf yang telah menjadi begawan bangsa, justru bersedia banting setir memasuki ruang politik praktis," kata doktor ilmu politik dari School of Political Science & International Studies, University of Queensland, Australia itu.