REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, pemilihan KH Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres) merupakan produk dari interaksi politik yang dilakukan Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, Jokowi lebih mengutamakan aspirasi partai ketimbang pilihan pribadinya.
Ia menilai, Jokowi bersama koalisi memiliki lima variabel dalam menentukan cawapres.
Lima variabel itu di antaranya bukan kader partai, melawan isu SARA, tokoh senior, tidak punya masalah dengan Megawati Sukarnoputri, dan selera Jokowi.
"Pengambilan keputusan itu merupakan produk interaksi politik. Dalam proses pengambilan keputusan, interaksi lima variabel ini tarik-menarik," kata dia ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/8).
Menurut dia, Jokowi sebenarnya memiliki ketertarikan dengan Mahfud MD. Berdasarkan rekam jejak Jokowi, mantan wali kota Solo itu senang dengan wakil yang bertipe petarung, selayaknya Mahfud. Namun, keputusan Jokowi akhirnya jatuh pada KH Ma'ruf Amin yang lebih kalem.
Secara keseluruhan, lanjut Qodari, dua nama itu memenuhi kriteria yang ada. Namun, ia menilai aspirasi parpol cukup kental, terutama pada ketokohan sang kiai.
"Mereka melihat pemilu 2019 satu paket dengan 2024. Mereka anggap cawapres Jokowi 2019 ini berpeluang maju 2024, apalagi kalau masih dianggap muda. Jadi karena Ma'ruf sudah terlalu senior, peluang maju 2024 sangat kecil," katanya.
Meski begitu, Qodari mengatakan, Jokowi setidaknya dapat menepis isu SARA yang biasa digunakan untuk menyerangnya. Selain sebagai Ketua Umum MUI, KH Ma'ruf Amin merupakan representasi paling kuat dari tokoh Islam dan isu keumatan.
"Tapi! Kita harus survei lagi. Apalagi, wakilnya Prabowo adalah Sandiaga. Belum pernah itu (survei) dilakukan," kata dia.
Menurut dia, kedua capres sama-sama membuat pilihan yang mengejutkan. Skala kejutan Prabowo lebih besar, karena nama Sandiaga tak pernah muncul sebelumnya. Meski Sandiaga dinilai sebagai representasi anak muda, Jokowi sudah unggul dalam penarikan suara muda dari gaya komunikasinya.
"Tapi kalau bicara pilpres itu elektabilitas. Kita belum punya angkanya. Kita tunggu saja setelah pendaftaran," kata dia.
Baca juga: Demokrat Tegaskan tidak akan Abstain