REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Denpasar mengimbau wisatawan mancanegara dan domestik untuk tidak terlalu mencemaskan apa yang akan terjadi lagi terkait gempa di Lombok sejak 29 Juli 2018 hingga kini. BMKG mengakui gempa susulan masih terus terjadi tapi kekuatannya cenderung menurun.
"Pascagempa pada 29 Juli lalu sampai hari ini, kami terus melakukan pemantauan gempa. Dari data hasil monitoring memang kegempaan susulan semakin sering terjadi, namun kekuatannya cenderung menurun," kata petugas BMKG Denpasar, Melki Adi Kurniawan, di Denpasar, Jumat (19/8).
Berdasarkan pemantauan BMKG Denpasar, kegempaan susulan memang semakin meningkat. Namun, dampaknya tidak besar seperti yang terjadi pada beberapa hari lalu.
"Karena itu, kami mengimbau wisatawan yang berlibur ke Bali dan seluruh warga setempat untuk tidak perlu terlalu cemas, karena gempa yang terjadi di Lombok tidak terlalu membawa pengaruh bagi Bali sendiri," katanya.
Ia menjelaskan kondisi di Pulau Bali tidak terpengaruh gempa susulan yang terus terjadi di Lombok. Namun, dalam kondisi aman ini, BMKG Denpasar juga mengimbau kepada warga Bali dan wisatawan agar selalu tetap waspada.
Dampak gempa Lombok beberapa waktu lalu hingga mencapai kekuatan 7,0 skala richter (SR) membuat 42.239 rumah dan 458 sekolah rusak. Gempa juga menyebabkan 1.447 orang terluka berat dan 165.003 orang mengungsi.
Gempa susulan terakhir mengguncang Lombok Timur pada Jumat pukul 03.00 WIB. Gempa tersebut berkekuatan 4,8 SR di lokasi 8,44 Lintang Selatan, 116,5 Bujur Timur dengan kedalaman 10 kilometer. Pusat gempa berada di darat 10 kilometer barat laut Lombok Timur yang juga dirasakan di wilayah Mataram dan Lombok Timur.
BMKG menyebutkan bahwa dempa bumi itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Sementara itu, masa tanggap darurat gempa di Nusa Tenggara Barat berlangsung sampai 11 Agustus.