Jumat 10 Aug 2018 06:30 WIB

Pengakuan PSK Kalibata City: Jakarta Keras Say

Taman di sudut kawasan apartemen ditengarai menjati tempat transaksi prostitusi.

Rep: Rahma Sulistya/Muslim AR/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana diduga taman yang disebut Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Azhar Nugroho, pada Kamis (9/8) pagi, yang menjadi sarang prostitusi dan awal mula transaksinya di belakang Tower Herbras Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Suasana diduga taman yang disebut Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Azhar Nugroho, pada Kamis (9/8) pagi, yang menjadi sarang prostitusi dan awal mula transaksinya di belakang Tower Herbras Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taman di salah satu sudut kawasan apartemen Kalibata City ditengarai menjadi  salah satu awal mula transaksi prostitusi di kawasan tersebut. Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) dan 'lelaki hidung belang' kepada Republika.co.id, membenarkan tentang praktik tersebut.  

"Itu di belakang sana (menunjuk ke arah belakang Tower Herbras)," ujar pria berusia sekitar 45 tahun itu saat ditemui di Tower Damar Apartemen Kalibata City, Kamis (9/8).

Di dekatnya ada dua PSK. Kulitnya cenderung kecoklatan gelap, berambut pirang, dan berdandan tampilan menor. PSK itu mengaku terjun di dunia prostitusi ini atas kemauan dari diri mereka sendiri. "Jakarta keras say. Kalau nggak begini, nggak bisa ikutin gaya cewek Jakarta," ujar salah satu PSK tersebut.

Mereka tidak mau menyebutkan tarif mereka berapa untuk satu malam. PSK itu tidak mau sampai terlalu jauh menceritakan semuanya karena memang banyak pihak yang akan terlibat.

Usai mewawancari kedua PSK, Republika.co.id mencoba mendatangi taman yang berada di belakang Tower Herbras. Benar saja, ada sebuah taman yang letaknya memang berada di ujung belakang Apartemen Kalibata City, dan menjadi satu-satunya taman tersembunyi di kawasan apartemen mesum itu.

Baca juga, Lima Tower Kalibata City Diduga Terlibat Prostitusi.

Pantauan Republika.co.id, jika di waktu siang hari, taman itu terlihat seperti taman biasa dan sepi, tidak ada yang aneh dari taman itu. Tapi jika sudah malam hari sekitar pukul 23.00 WIB ke atas, taman itu akan berubah menjadi taman remang-remang.

Taman ini persis seperti yang disebut oleh Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Azhar Nugroho. Ia mengatakan, ada sebuah taman di kawasan Apartemen Kalibata City yang diduga memang jadi sarang para pria hidung belang berkumpul.

photo
Polisi kembali mengungkap kasus prostitusi di Apartemen Kalibata City dirilisi pada Rabu (8/8) di Mapolda Metro Jaya, ke depan, akan ada langkah lebih konkret dari Polda Metro Jaya bersinergi dengan KPAI dan LPAI untuk atasi ini.

Di sana calon pengguna jasa akan didatangi oleh muncikari yang menawarkan jasa. "Jadi pelanggan atau hidung belangnya itu kumpul di taman, nanti ada dari germonya itu nyamperin dan dikasih aplikasi, nanti komunikasi dari Bee Talk atau We Chat," ujar dia di Mapolda Metro Jaya, kemarin, Rabu (8/8).

Lebih lanjut ia mengatakan, taman tersebut memang terkenal untuk transaksi hal-hal tabu seperti itu. Apalagi dari beberapa kasus serupa yang diungkap polisi di sana, memang semua berawal dari transaksi di taman itu. "Iya sudah terkenal karena sudah ke sekian kali dari wilayah juga tangkap, dari Polda juga," kata dia juga.

Kisah penawaran jasa prostitusi juga didapat dari salah seorang ojek pangkalan tepat di dekat Stasiun Duren Kalibata, bernama Yuda. Ia pernah ditawari oleh salah satu germo dengan penawatan tarif termurah. "Sekitar 2017, dulu masih banyak yang berdiri di pinggir jalan dan nawarin aja, waktu itu saya malam minggu sekitar jam 12 malam lah. Ditawarin Rp 200 ribu yang paling murah. Saya sih ogah mending buat anak istri saya," kata Yuda.

Tarif termahal juga ditawarkan kepada Yuda yakni sekitar Rp 1 juta, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut apakah itu untuk tarif per jam atau per malam. Ia juga tidak menanyakan kriteria PSK seperti apa yang dimaksud murah dan mahal.

Sementara Camat Pancoran Herry Gunara mengatakan, pihaknya sudah lelah memberitahu karena memang pengelola sangat tertutup dan ketat sekali penjagaannya. "Ya waktu itu saja dipanggil menteri bisa nolak, apalagi saya yang cuma camat. Saya tidak ada wewenang untuk bertindak di sana. Tapi saya akan tampung semua laporan warga," kata dia kepada Republika.

Herry menyanggah pemberitaan adanya keterlibatan RT dan RW di sana, karena ia memastikan seluruh RT dan RW di wilayahnya tidak luput dari pengawasannya. Karena untuk memberantas prostitusi, memang harus dari orang pemegang kekuasaannya dulu. "Tidak lah tidak, RT dan RW di sana kami awasi. Tidak terlibat," kata dia.

Pengelola Kalibata City mengaku masih terus memburu para broker nakal dan agen-agen liar yang menyewakan unit apartemen secara illegal. General Manager Kalibata City, Ishak Lopung menyebutkan, dalam pengungkapan kasus prostitusi anak di Kalibata City pada awal Agustus 2018 ini merupakan hasil kerja sama mereka dengan pihak kepolisian.

“Kami yang memberikan data broker nakalnya ke polisi, kami yang tunjukkan di tower mana yang dicurigai melakukan itu (prostitusi), kami bantu polisi,” kata Ishak pada Republika.co.id, Kamis (9/8).

Kerja sama ini, kata Ishak dilakukan karena pihaknya sudah terlalu banyak mendapatkan laporan dari para penghuni tentang praktik prostitusi tersebut. Terlebih sudah lima kali pengungkapan kasus prostitusi di Kalibata City terjadi. Modus kejahatannya masih sama, memanfaatkan kelonggaran aturan di Kalibata City.

Ishak tak menampik jika ada praktik sewa illegal yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Baik itu kejahatan serupa protitusi atau bahkan sindikat kejahatan. Sebab, menurut Ishak dalam perjanjian dan aturan pengelolaannya, pihak Pengelola Kalibata City hanya berhak mengelola aset bersama. Sementara unit-unit yang telah dibeli oleh masyarakat adalah hak dan tanggung jawab mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement