Kamis 09 Aug 2018 21:23 WIB

Nama Sandiaga Belum Final di Mata PKS

Prabowo dinilai 'bunuh diri' jika memilih Sandiaga.

Rep: Arif Satrio Nugroho/Idealisa Masyrafina/ Red: Muhammad Hafil
Sekjen PKS Mustafa Kamal menyampaikan konferensi pers di DPP PKS, Jakarta, Kamis (9/8) malam.
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Sekjen PKS Mustafa Kamal menyampaikan konferensi pers di DPP PKS, Jakarta, Kamis (9/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui bahwa nama Sandiaga Uno belum final sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto. Meskipun, PKS telah menegaskan akan mendukung Prabowo sebagai capres.

"Pak Sandiaga Uno memang sudah tersebar di berbagai pemberitaan media massa tapi tentu saja kita akan konfirmasi, pada akhirnya pada Gerindra atau kita juga belum tau dari mitra koalisi yang terbangun nama itu akan diusulkan tapi kita akan pertimbangkan bersama," kata Sekjen PKS Mustafa Kamal di Kantor DPP PKS, Jakarta, Kamis (9/8) malam.

Kamal menegaskan, PKS akan tetap memperjuangkan hasil ijtima ulama sebagai pegangan. Hasil ijtima ulama itu mengusung Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapres. PKS pun akan terus memperjuangkan nama Salim Segaf hingga detik terakhir.

"Tentu sifat ulama melengkapi sifat keumarohan Prabowo jadi umaroh dan ulama kita bisa sandingkan itu dan sesuai dengan ijtima ulama. Mudah-mudahan aspirasi itu bisa kita teguhkan," ujar dia.

PKS pun kata Kamal masih akan terus berkomunikasi dengan mitra koalisi hingga ke detik akhir."Kita masih akan bicarakan dan biarkan nanti pada waktunya akan umumkan, ini detik detik yang sangat menentukan," ucap Kamal.

Sementara, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai dengan memilih Sandi sebagai pasangan cawapres, Prabowo akan menutup kemungkinan koalisi dengan partai pendukung lainnya seperti PAN, PKS, dan Demokrat. "Demokrat bisa membuat poros baru dengan menarik PKS dan PAN. Artinya mereka akan buang Prabowo," ujar Pangi kepada Republika.co.id, Kamis (9/8).

Dengan terbentuknya poros ini, menurut Pangi, akan membuat sulit bagi Prabowo untuk maju di Pilpres 2019. Pangi menyebut langkah Prabowo untuk menggandeng Sandi merupakan langkah 'bunuh diri'.

"Itu betul-betul langkah bodoh yang dilakukan Prabowo, langkah bunuh diri," kata Pangi.

Padahal, menurut Pangi, calon dari PAN yakni Gatot Nurmantyo dan Ustaz Abdul Somad kemungkinan besar dapat diterima oleh PKS juga, sehingga dapat membentuk koalisi Gerindra-PAN-PKS. Kedua partai koalisi tersebut kemungkinan tidak akan mau bergabung jika cawapres yang dipilih Prabowo adalah Sandi.

Meskipun begitu, ia menilai tidak menutup kemungkinan adanya kesepakatan lain agar Sandi dapat menjadi pendamping Prabowo di Pilpres 2019. Isu sebelumnya yang mengatakan bahwa PKS dan PAN diberi dana sebesar Rp 500 miliar agar menyetujui Sandi sebagai cawapres Prabowo bisa jadi benar terjadi.

"Bisa saja deal-nya begini: PKS - Gerindra usung Prabowo Sandi. Iming-iming Rp 500 miliar untuk PKS dan cawagub DKI pengganti Sandi dari PKS. Deal untuk PAN juga bisa jadi begitu atau yang lain," kata Pangi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement