Senin 06 Aug 2018 22:56 WIB

Warga Mataram Memburu Makanan Instan

Makanan instan di beberapa toko ritel habis diserbu pembeli.

Sejumlah warga masih berada di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram lantaran masih khawatir adanya gempa susulan.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Sejumlah warga masih berada di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram lantaran masih khawatir adanya gempa susulan.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Masyarakat di Kota Mataram, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memburu berbagai makanan instan yang tersedia di sejumlah toko ritel modern setempat. Berdasarkan pengamatan Antara di Mataram, Senin malam (6/8), rak penyedia mi instan dan roti sudah kosong dibeli masyarakat.

Begitu juga untuk gerai penyedia bubur instan, beberapa sereal dan lainnya. Menurut Arin, salah seorang pegawai ritel modern, masyarakat memborong makanan instan pascagempa Ahad (5/8) malam.

Menurutnya, produk tersebut habis untuk persediaan masyarakat berada di lokasi tenda-tenda pengungsian sementara. Stok kosong tersebut dipantau terjadi di lebih dari tiga titik lokasi gerai.

Gufron, salah satu warga lokal yang mencari mi instan mengaku kehabisan. "Iya, saya mencari mi seduh air panas tapi sudah kosong," katanya.

Menurutnya, wajar saja hal tersebut terjadi. Bisa jadi warga berupaya menimbun makanan untuk bersiaga di sekitar rumah karena takut untuk masak atau masuk ke rumah.

Masyarakat di sekitar Kota Mataram, Pulau Lombok, membangun tenda di gang-gang jalan untuk bermalam bersama di luar rumah. "Tenda ini untuk pengungsian bersama, karena masih pada takut untuk tidur di dalam rumah," kata Farouk Mukhsin salah satu warga di Kelurahan Cakranegara, Lombok, Senin malam.

Beberapa tenda dibangun di tengah jalanan guna menghindari dekat bangunan tembok yang dikhawatirkan runtuh ketika terjadi gempa kembali. Beberapa jalan kecil terpaksa dipasangi barikade untuk menutup akses jalanan agar dapat didirikan tenda dengan atap terpal yang luas.

Berdasarkan pengamatan, satu tenda terpal diisi lima sampai enam keluarga, dengan mayoritas wanita dan anak-anak. Sedangkan warga laki-laki berkumpul di ujung gang untuk siaga.

Wati, salah satu pengungsi di tenda darurat, mengatakan masih trauma dan takut untuk bermalam di dalam rumah. Gempa besar beberapa hari terakhir terjadi ketika petang.

"Semalam, guncangan besar sekali, jadi saya takut roboh, mending di luar bareng-bareng nunggu aman," kata Wati.

Wati berharap agar bencana gempa bumi segera berlalu dan tidak ada lagi gempa susulan. Gempa berkekuatan tujuh Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Lombok di Nusa Tenggara Barat pada Minggu (5/8) terjadi akibat pergerakan Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust) menurut Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Gempa berkekuatan 7,0 SR yang terjadi di Lombok diakibatkan oleh adanya aktivitas Sesar Naik FLores yang memanjang dari Nusa Tenggara Timur sampai ke Bali di bagian utaranya, dan itu menyusup di bagian sepanjang pulau di Nusa Tenggara itu, menyusup ke bawahnya dan termasuk menyusup di Pulau Lombok dan itulah yang menyebabkan terjadinya gempa 7,0 SR itu," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono di Kantor BMKG, Jakarta, Senin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement