Senin 06 Aug 2018 09:11 WIB

BMKG Catat 132 Kali Gempa Susulan

Sedikitnya 82 orang tewas akibat gempa di NTB.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah warga masih berada di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram lantaran masih khawatir adanya gempa susulan.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Sejumlah warga masih berada di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram lantaran masih khawatir adanya gempa susulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat lebih dari 100 kali gempa susulan terjadi sampai pagi ini di Lombok. Sebelumnya gempa berkekuatan 7 skala richter terjadi pada Ahad (5/8) pukul 18.46 WIB.

"Gempa bumi Lombok hingga 6 Agustus 2018 sampai pukul 08.00 WIB tercatat sebanyak 132 gempa bumi susulan," ujar Kepala Humas BMKG Harry Tirto Djatmiko, Senin (6/8).

Berdasarkan data BMKG, hingga pagi tadi Lombok masih mengalami gempa cukup besar, yakni 5,4 skala richter pada pukul 07.28 WIB. Titik pusat gempa berada di 12 km Barat Daya Lombok Utara atau 17 km Timur Laut Kota Mataram. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Dari data BMKG dirinci, Ahad (5/8) malam hingga Senin (6/8) pagi hampir setiap jam terjadi gempa susulan. Pada sekitar pukul 20.00 WIB terjadi 18 gempa, pukul 21.00 WIB terjadi 14 gempa, pukul 22.00 WIB terjadi 15 gempa, pukul 23.00 WIB terjadi 17 gempa dan pukul 00.00 WIB terjadi 8 gempa.

Baca juga, Info Potensi Tsunami Muncul Kurang Lima Menit dari Gempa NTB.

Kemudian pada pukul 01.00 WIB gempa terjadi cukup banyak sekitar 20 kali. Selama satu jam ke depan gempa terjadi sebanyak 8 kali. Kemudian satu jam berikutnya terjadi 5 kali. Pada pukul 04.00 WIB warga kembali diguncang sebanyak 11 kali gempa susulan, lalu 16 kali gempa hingga sekitar pukul 08.00 WIB.

Sedikitnya 82 orang tewas akibat gempa yang mengguncang NTB. Mayoritas korban tewas akibat tertimpa material bangunan.

Sementara itu Eka (27 tahun) warga Kota Mataram, tetap tidur di dalam rumah, meskipun berkali- kali diguncang gempa susulan hingga pagi. Kejadian semalam memang mengerikan untuknya, apalagi dinding rumah retak di beberapa bagian dan plafon berguguran.

Meskipun semalaman banyak warga yang tidur di jalan-jalan dan lapangan terbuka, namun Eka sekeluarga nekad memilih untuk tetap tidur di dalam rumah. Karena gempa susulan tidak berkekuatan besar. "Sampai pagi ini masih gempa. Tapi saya sekeluarga tidur di dalam rumah. So far rumah saya aman, walaupun ada plafon gugur-gugur sedikit," ungkap Eka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement