REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Profesor Din Syamsudin mendorong politik Islam di Indonesia untuk mengambil momentum di Pilpres 2019. Jika tidak dilakukan, tantangan politik Islam di Indonesia akan semakin berat di masa mendatang.
"Kita harus bisa ambil alih momentum di Pilpres 2019. Ini krusial! Kalau tidak, bakal berat di 2024 lalu di 2029 tentu akan semakin berat. Kekuatan politik Islam di Indonesia malah akan tak tersisa, kecuali hanya tinggal nama dan 'kerangka'," kata Mantan Ketua PP Muhammadiyah ini dalam Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (3/8).
Din mengatakan, koalisi antar partai Islam sebenarnya bisa menjadi cara tepat untuk mempertahankan perpolitikan Islam di Indonesia. Upaya ini sempat dilakukan beberapa partai Islam di Pilpres beberapa waktu lalu. Namun sayangnya, upaya tersebut tak membuahkan hasil yang diinginkan.
"Padahal di 2009 kalau semua partai Islam bersatu, maka total perolehan mereka bisa 39 persen atau 35 persen. Dan itu bisa mengajukan capres atau cawapres," jelasnya.
Menurut Din, proses koalisi partai Islam di 2009 tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Hal ini tentu sangat disayangkan, apalagi sekarang politik Islam Indonesia seperti tak menentu. Misi Partai Politik (Parpol)-nya terjebak antara seolah-olah Islam atau bukan.
Melihat situasi ini, Din berharap dapat mencermati mana partai Islam atau bukan. Dengan kata lain, dapat menyimpulkan partai apa saja yang sebenarnya dapat menyampaikan aspirasi Islam atau tidak. Umat Muslim tidak boleh terjebak dengan sombolisme Islam yang semu.
"Dan kaum terdidik harus mendalami itu," tegasnya.