REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN) belum berkeinginan untuk membuka poros ketiga. Banyak alasan yang menurutnya sebagai pertimbangan bagi PAN untuk berkeinginan untuk membentuk poros ketiga.
"Enggak, karena kami juga belum membicarakan soal poros ketiga itu," ujar wakil ketua Dewan Kehormatan PAN, Dradjad Wibowo, saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (3/8).
Selain itu juga, kata dia, dari sisi peluang kemenangan pun menjadi alasan untuk berpikir ulang jika ingin membuka poros baru. Kemudian alasan lainnya, tambah Dradjad, karena PAN tidak hanya ingin menjadi peramai dalam pemilu.
"Tujuan besarnya bukan sekadar untuk rame-rame, tujuan besarnya untuk perbaikan yang lebih substantif. Jadi, sejauh ini poros ketiga belum ada dalam kartu (PAN)," katanya menjelaskan.
Kemudian selain beberapa alasan tersebut, menjelang Rakernas PAN, kata dia, belum ada pembicaraan di internal PAN yang mengarah membuka poros baru. Rakernas PAN sendiri akan dilakukan pada 5-6 Agustus 2018 mendatang.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PAN Faldo Maldini saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/8), menyatakan, PAN hingga kini belum tegas mendukung Prabowo sebagai calon presiden (capres) dan masih membuka opsi membentuk poros ketiga.
"Bagi saya kemungkinan apa pun (poros ketiga) bisa terjadi. Karena, kejadian apa pun yang terjadi bisa memengaruhi konstelasi politik," ujar dia.
Namun, ia mengakui, PAN tak bisa sendiri dalam mengajukan paslon capres dan cawapres. Pasalnya, adanya sistem presidential threshold yang mengharuskan partai pendukung minimal memiliki 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional. Dan, hal itu tak memungkinkan bagi PAN mengusung paslon capres-cawapres.
Pada pemilu 2014, PAN hanya mendapatkan 9.481.621 (7,59 persen) suara sah nasional. Sementara di DPR, PAN hanya memiliki 49 kursi (8,75 persen). Angka itu membuat PAN harus intens melakukan komunikasi dengan berbagai partai politik.
"Kan kita tak bisa usung (capres) sendiri, harus koalisi. Itulah tujuan komunikasi yang kami bangun," kata Faldo.
Meski begitu, Faldo masih menunggu hasil Rakernas PAN yang akan dilaksanakan pada 5-6 Agustus mendatang. Hasil rakernas itulah, lanjutnya, yang akan menjadi sikap PAN dalam menentukan arah koalisi.
"Koalisi ini kan bukan bagi-bagi menteri atau cawapres. Bagi kami masa depan negara ini penting diperhatikan," ujar dia.
Ia menambahkan, dalam rakernas mendatang, PAN akan mendengar masukan dari berbagai pihak, baik anggota maupun masyarakat. "Semua keputusan akan diambil pada rakernas," katanya menegaskan.