Kamis 02 Aug 2018 04:15 WIB

Masyarakat Adat di Papua ikut Lindungi Taman Nasional Wasur

Taman Nasional ini merupakan tempat persinggahan dan tujuan burung migran.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Migrasi burung (ilustrasi)
Foto: EPA/Jim Lo Scalzo
Migrasi burung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MERAUKE -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengadakan kunjungan ke Taman Nasional (TN) Wasur, Papua. Melalui kunjungan tersebut, terungkap bahwa masyarakat adat setempat ikut membantu mengelola sumber daya alam di lokasi tersebut.

"Selain membantu mengelola sumber daya alam, suku asli ini juga menjadi daya tarik wisata,” ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (1/8).

KLHK melakukan kunjungan ini untuk mendampingi Komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV, Michael Wattimena. Kedatangan rombongan disambut dua kepala adat yakni dari suku Kanume dan Marori Mengey diiringi tarian bernama N'Ggatsi yang biasa dilakukan untuk menyambut tamu agung.

TN Wasur yang terletak di Merauke, kawasan paling timur Indonesia ini merupakan Ramsar Site (Situs Lahan Basah) yang ditetapkan sejak tahun 2006 berperan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia. Kawasan ini juga telah menjadi anggota East Asian Australian Flyway (EAAF) Site Network karena dianggap berperan penting sebagai tempat persinggahan dan tujuan migrasi bagi burung-burung migran.

“Hampir setengah tahun kawasan ini terendam air pada musim hujan dan selebihnya berubah menjadi kering. Padang rumput dan savana tempat merumput kanguru dan rusa berubah menjadi rawa dan kolam, menjadikan kawasan ini kaya dengan keanekaragaman hayati," ujar Kepala Balai TN Wasur, Donal Hutasoit.

TN Wasur memiliki luas kawasan 413.810 hektare. Tercatat sebanyak 80 jenis mamalia dan 32 spesies di antaranya adalah satwa endemik Papua. Kawasan ini juga menjadi surga bagi 403 spesies burung dengan 74 jenis di antaranya merupakan burung endemik Papua dan 114 spesies dilindungi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement