Rabu 01 Aug 2018 16:02 WIB

Mengenal Masyarakat Adat di Taman Nasional Wasur

empat suku asli bermukim di kawasan konservasi Taman Nasional Wasur.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno saat berkunjung ke TN Wasur.
Foto: klhk
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno saat berkunjung ke TN Wasur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Masyarakat adat di Taman Nasional (TN) Wasur menjaga kearifan dalam upaya mengelola sumber daya alamnya. Sebanyak empat suku asli bermukim di kawasan konservasi ini.

"Selain membantu mengelola sumber daya alam, suku asli ini juga menjadi daya tarik wisata," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno saat berkunjung ke TN Wasur melalui siaran resmi yang diterima, Rabu (1/8).

Kedatangan rombongan mendapat sambutan dua kepala adat yaitu dari suku Kanume dan Marori Men-Gey diiringi dengan Tari N’Gatsi, tarian adat menyambut tamu agung. Kepala adat hadir sebagai bentuk apresiasi masyarakat adat setempat kepada pemerintah pusat yang telah mengunjungi dan memperhatikan eksistensi mereka.

photo
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno saat berkunjung ke TN Wasur.

Taman Nasional Wasur memiliki kekayaan dan keunikan luar biasa secara ekologi, sosial dan budaya yang membentang pada kawasan seluas 413.810 hektare. Potensi faunanya tercatat 80 jenis mamalia, sebanyak 34 spesies telah teridentifikasi dan 32 spesies diantaranya merupakan satwa endemik Papua. TN Wasur juga menjadi surga bagi 403 spesies burung, dengan 74 jenis diantaranya merupakan burung endemik Papua dan 114 spesies termasuk yang dilindungi.

Beberapa jenis anggrek langka yaitu jenis Yohanes (Dendrobium yohanes), kelinci (Dendrobium antenatum) dan bawang (Dendrobium sp.) juga ditemukan dan ditangkar oleh masyarakat asli dengan binaan dari TN Wasur.

Kepala Balai TN Wasur Donal Hutasoit mengatakan, TN Wasur yang terletak di Merauke ini merupakan Ramsar Site (Situs Lahan Basah) yang ditetapkan sejak 2006 berperan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia, serta telah menjadi anggota East Asian Australian Flyway (EAAF) Site Network karena dianggap berperan penting sebagai tempat persinggahan dan tujuan migrasi bagi burung-burung migran.

"Hampir setengah tahun kawasan ini terendam air pada musim hujan dan selebihnya berubah menjadi kering. Padang rumput dan savana tempat merumput kanguru dan rusa berubah menjadi rawa dan kolam, menjadikan kawasan ini kaya dengan keanekaragaman hayati," ujar dia.

Secara umum, jenis vegetasi di dalam kawasan ini merupakan ekosistem hutan, terdiri dari Hutan Jarang, Hutan Pantai, Hutan Musim, Hutan Pinggir Sungai, Hutan Bakau, Savana, Padang Rumput, dan Padang Rumput Rawa. Jenis flora yang mendominasi antara lain Melaleuca sp, Acacia Leptocarpa dan Eucalyptus sp.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement