REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Azyumardi Azra menegaskan nasionalisme yang dikembangkan di Indonesia berbeda dengan nasionalisme ala Timur Tengah. Nasionalisme yang ada di Indonesia adalah nasionalisme religius.
"Bukan nasionalisme atas dasar prinsip atau paham sekularisme seperti di Timur Tengah yang tidak bersahabat dengan agama," kata Azyumardi di Jakarta, Selasa (31/7).
Karena itu, lanjut Azyumardi, apabila ada muslim Indonesia yang menolak nasionalisme atau mempertentangkan Islam dengan nasionalisme maka mereka terpengaruh oleh paham-paham dari Timur Tengah yang menolak nasionalisme. Menurut Azyumardi perjuangan kemerdekaan Indonesia justru dilandasi agama dan nasionalisme.
Demikian juga ketika merumuskan dasar negara. "Ada sebagian orang Islam di Indonesia yang tidak paham sejarah dan dinamika konteks politik yang ada di Timur Tengah malah ikut menolak nasionalisme di Indonesia," katanya.
Azyumardi juga menegaskan di Indonesia, tidak ada pertentangan antara Islam dan demokrasi. Menurutnya, ajaran Islam yang rahmatan lil alamin kompatibel dan cocok dengan demokrasi di Indonesia.
Jadi, kata Azyumardi, apabila ada orang Indonesia yang menyuarakan nasionalisme dan demokrasi bertentangan dengan agama maka tujuannya adalah memecah semangat persatuan dan kesatuan. "Kalau ada orang yang mau meniru-niru atau ikut ISIS dan Al-Qaeda maka dia adalah orang yang kufur nikmat, yang tidak menghargai, tidak mensyukuri nikmat Indonesia dengan Islam wasathiyah, Islam damai, Islam toleran," ujarnya.