Senin 30 Jul 2018 21:52 WIB

Ecoton Imbau Masyarakat tak Buang Popok di Sungai

Limbah seperti popok bayi bisa membahayakan ekosistem di dalam sungai.

Ilustrasi.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mendorong masyarakat agar tidak membuang sampah, seperti popok bayi, di sungai. Sebab hal itu bisa merusak ekosistem dan juga sumber daya alam yang ada di aliran air kali tersebut.

Manager Riset Ecoton Rizka Dharmawanti, Senin (30/7) mengatakan, beberapa waktu yang lalu pihaknya melakukan penelitian di Kali Surabaya dan menemukan mikrofiber yang termakan oleh ikan.

"Itu artinya, ikan tersebut sudah terkontaminasi oleh limbah yang dibuang oleh masyarakat seperti popok bayi...Hal ini sangat berbahaya bagi ekosistem di dalam sungai," katanya di sela aksi bersih sampah popok di Sungai Surabaya, tepatnya yang berada di Jembatan Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin.

Ia mengemukakan, jika hal tersebut terus dibiarkan, maka dampak terburuknya adalah kesehatan manusia itu sendiri karena sungai yang sudah tercemar sampah bahan berbahaya seperti popok itu sendiri.

"Kami sudah sering melakukan aksi dan meningkatkan kepada masyarakat akan bahaya membuang popok di sungai ini. Oleh karena itu, membuang sampah harus pada tempatnya dengan diberikan droping poin khusus untuk pembuangan sampah itu," ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini memang sudah ada beberapa droping poin yang aada di sepanjang Kali Surabaya, tetapi jumlahnya masih jauh dari cukup, mengingat jumlah masyarakat yang tidak sekitar 10 ribu kepala keluarga.

"Selain itu, kalau sudah dilakukan pembuatan droping poin, kemudian sampah-sampah itu harus segera diangkut ke tempat pembuangan akhir mengingat sampah tersebut merupakan bahan berbahaya," ucapnya.

Dalam aksinya itu, pihaknya berhasil mengangkut sekitar tiga karung besar yang berisi sampah popok bekas pakai di samping jembatan yang ada di Kali Surabaya.

"Ini merupakan permasalahan serius yang harus serta dilakukan solusinya, supaya ekosistem yang ada di dalam sungai menjadi terjaga. Hal itu karena masih banyak warga Surabaya yang membutuhkan sungai tersebut, salah sagunya sebagai bahan baku PDAM," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement