REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari menilai, tidak menutup kemungkinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berkoalisi dengan Joko Widodo (Jokowi). Kemungkinan koalisi antara SBY dengan Jokowi masih terbuka, lantaran SBY tengah mempersiapkan Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY) maju dalam Pilpres 2019.
"Menurut saya belum tertutup sama sekali. Kita kalau bicara koalisi SBY dan pak Jokowi, masalahnya kan dengan Ibu Mega. Semestinya SBY dan Jokowi masih bisa berkoalisi," ujar Qodari dalam diskusi menjelang pemilihan presiden (Pilpres 2019) di kantor Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi), Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (29/7).
Qodari menilai, SBY sangat percaya survei. Sehingga dia mempersiapkan AHY menjadi Cawapres dengan tiga pilihan. "Dia punya tiga pilihan, didampingi bersama Jokowi, buat koalisi baru atau ikut koalisi sama Jokowi. Karena SBY sudah mempersiapkan hampir setahun," tutur Qodari.
Baca juga, PKS Belum Tentu ke Gerindra, Tapi Tolak Jokowi.
Qodari mengatakan, kejutan-kejutan tersebut masih bisa saja terjadi menjelang masa pendaftaran capres dan cawapres pada 4 Agustus 2018 mendatang. Menurut dia, jika koalisi SBY dengan Jokowi tidak dimungkinkan, maka SBY akan menggandeng Partai Gerindra dengan menjadikan Prabowo calon presiden.
SBY Temui Zulkifli Hasan. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) berjabat dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di kediaman, Jakarta, Rabu (25/7) malam.
Namun jika seandainya Prabowo gagal maju menjadi capres, kemungkinan lainnya SBY akan mengusung nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres yang akan didampingi oleh AHY.
"Saya melihat ada kemungkinan capres di luar Prabowo. Inisiatornya SBY, Prabowo pilihan kedua, kemungkinan ada pilihan ketiga. Bisa juga dia bikin koalisi baru, Demokrat, PKS dan PAN mengusung calon baru yakni Anies-AHY tanpa diusung Gerindra," kata dia.
Ia melanjutkan, apabila AHY tidak bisa maju menjadi cawapres pada kontestasi Pilpres 2019, maka SBY menargetkan anaknya untuk menjadi Menteri sebagai persiapan pada pemilu 2024. "AHY bisa saja maju pada 2024. Tahun ini bisa menjadi menteri," ujarnya.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dijadwalkan kembali bertemu Ahad (29/7) malam ini. Pertemuan keduanya akan mematangkan penjajakan koalisi yang disepakati dalam pertemuan sebelumnya.
"Ya, betul, agenda tersebut mematangkan rencana (koalisi partai untuk) Indonesia lima tahun ke depan," ujar Ferdinand Hutahaean saat dikonfirmasi wartawan, Ahad (29/7).
Rencananya sejumlah petinggi Partai Demokrat akan ikut mendampingi SBY dalam pertemuan balasan malam ini. Kali ini pertemuan digelar di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Namun berdasarkan keterangan terakhir pertemuan tersebut dibatalkan.
Baca juga: Sekjen Demokrat: SBY Bertemu Presiden PKS Pekan Depan
Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPP Partai Gerindra Habiburokhman menyebut pertemuan internal petinggi Partai Gerindra untuk membahas perkembangan terakhir terkait Pilpres.
"Anggota dewan pembina dan ketua DPD yang pas ada di Jakarta. Kan beliau begitu, ketika memutuskan sesuatu yang besar tidak sekonyong-konyong. Ya meminta konfirmasi, ya kita didengar," ujar Habiburokhman di Rumah Joeang, Jalan Wijaya 1, Kebayoran Baru, Jakarta, Ahad (29/7).
Pertemuan pertama SBY dengan Prabowo digelar Selasa (24/7) pekan lalu, kedua partai bersepakat untuk penjajakan koalisi. Kedua partai juga merencanakan pertemuan intensif lanjutan untuk mematangkan koalisi.
"Setelah pertemuan pertama malam hari ini, kami akan lanjutkan pembicaraan secara lebih mendalam dan substantif di hari hari mendatang," ujar SBY usai bertemu Prabowo di kediamannya, Jalan Mega Kuningan Timur, Jakarta, Selasa (24/7).
Sementara Prabowo pun turut mengamini pernyataan SBY tersebut. Yakni setelah pertemuan, kedua partai sepakat melakukan pembicaraan lanjutan melalui tim kecil masing-masing partai.