Rabu 25 Jul 2018 17:55 WIB

Pengamat: Prabowo Banyak Pertimbangan Tentukan Koalisi

Prabowo harus mempertimbangkan keputusan agar parpol koalisi tidak kecewa.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Toto Sugiarti menilai, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memiliki lebih banyak pertimbangan dibanding Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menentukan koalisi. Sebab, Prabowo harus mempertimbangkan anggota koalisi lain agar tidak muncul kekecewaan, yang dalam hal ini adalah PKS dan Gerindra.

Salah satu pertimbangan yang dimiliki Prabowo adalah menentukan calon pasangan untuk maju ke pemilihan presiden (pilpres) 2019. Pasalnya, elektabilitas Prabowo sendiri masih di bawah calon presiden petahana, Joko Widodo (Jokowi). "Sudah jadi sebuah keharusan bagi Prabowo untuk memilih pendamping yang memiliki elektabiltias tinggi," ujar Toto ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (25/7).

Dalam koalisi dengan Demokrat pun, Prabowo harus mempertimbangkan ini. Pertanyaannya, apakah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang selama ini digadangkan Demokrat menjadi cawapres sudah memiliki elektabilitas tinggi. Dalam survei yang diadakan beberapa lembaga, nama AHY masih kalah dibanding figur lain karena dianggap terlalu 'hijau'.

Tidak hanya dari elektabilitas, Prabowo juga harus memilih tokoh yang memiliki modal sosial, budaya dan finansial tinggi. Sedangkan, karakter ini tidak mudah ditemukan pada figur-figur yang ada dalam bursa pilpres. "Itulah penyebab alotnya penentuan calon pendamping," ucapnya.

Sementara itu, dalam perencanaan koalisi Demokrat dengan Gerindra, SBY hanya bertindak sebagai pengaju syarat. Toto melihat, SBY lebih mudah untuk memutuskan langkah berikutnya. Apabila AHY dijadikan cawapres oleh Prabowo, maka mereka berkoalisi. Sebaliknya, jika tidak, koalisi tidak terbentuk dan Demokrat dapat berpindah ke koalisi seberang. Kalaupun jadi, pasangan dari kalangan militer tidak terlalu menarik simpati publik. Dua tokoh yang berlatar belakang militer ini cenderung mudah untuk dikalahkan oleh Jokowi dan siapapun pasangannya nanti.

Sebelumnya, pada Selasa malam, SBY dan Prabowo melakukan pertemuan di kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Meski sempat dibilang hanya pertemuan empat mata, terlihat dalam foto beredar bahwa AHY ikut dalam diskusi. Dalam konferensi pers pasca pertemuan, SBY mengungkapkan ada tiga poin yang dibicarakan. Salah satu di antaranya kemungkinan koalisi bersama Gerindra. Nantinya, hasil pertemuan ini akan dibawa ke majelis tinggi partai untuk diputuskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement