Ahad 22 Jul 2018 08:19 WIB

Gumuk Pasir Pantai Selatan Yogya Bisa Jadi Sarana Edukasi

Gumuk pasir bisa jadi sarana mengetahui keberadaan pegunungan karst.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nur Aini
Wisatawan mengunjungi obyek wisata Taman Gumuk Pasir di Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (21/6).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Wisatawan mengunjungi obyek wisata Taman Gumuk Pasir di Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (21/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Gumuk pasir di pesisir pantai selatan DI Yogyakarta dinilai berpotensi untuk menjadi sarana edukasi masyarakat dan akademisi.

Peneliti Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Sunarto menuturkan, gumuk pasir di pesisir Pantai Parangtritis merupakan hasil bentukan alam baik erupsi Gunung Merapi dan pengaruh gelombang laut.

"Pasirnya berasal dari erupsi Gunung Merapi yang terbawa sampai ke muara sungai, lalu dihempaskan gelombang laut, sehingga sampai ke pantai," kata Sunarto di Museum Gumuk Pasir, Jumat (20/7) lalu.

Gumuk pasir ituselalu berubah bentuk setiap saat, yang disebabkan faktor angin dan pengaruh gelombang luat. Selain itu, bentuk gumuk bergantung jumlah pasir bekas Gunung Merapi yang mengalir lewat Sungai Progo dan Sungai Opak.

Ia menerangkan, hasil erupsi Gunung Merapi tidak hanya pasir, tapi mengandung mineral lain yang dialirkan melalui Sungai Progo ke arah barat. Kandungan mineralnya juga bemacam-macam, dan ada kandungan pasir besi.

Sunarto merasa, selain sebagai obyek wisata, gumuk pasir bisa menjadi bahan edukasi masyarakat dan akademisi. Hal itu terutama, tentang fenomena alam unik dan mengetahui keberadaan pegunungan karst akibat aktivitas gunung api purba.

"Hal itu dapat kita lihat dari terbentuknya karst dan sumber air panas di sekitar pantai," ujar Sunarto.

Salah satu sarana edukasi itu bisa didapatkan melalui Museum Gumuk Pasir atau Parangtritis Geomaritime Science Park. Tapi, sejak diresmikan pada 2015 lalu, keberadaan Museum Gumuk Pasir masih perlu dikembangkan lebih luas. Selain itu, ia menilai tempat itu dapat dijadikan tempat riset kolaboratif dan komersialisasi hasil riset untuk kesejahteraan masyarakat.

Wakil Ketua Komisi VII DPR, Tamsil Linrung menilai, gumuk pasir merupakan kekayaan alam. Tamsil mengaku setuju atas usulan Badan Informasi Geospasial dan UGM, untuk mendorong tujuan edukasi pembelajaran dan riset kolaboratif agar diperluas. Apalagi, pengelolaan untuk edukasi dan pelatihan yang ada belum optimal.

"Dari 114 hektare luasan gumuk pasir yang ini perlu untuk dikelola sebagai kawasan edukasi," kata Tamsil.

Selain sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan, ia mendesak pemerintah lewat Kemenristekdikti, BIG, dan Pemkab Bantul. Utamanya, untuk mendukung usulan pengembangan itu dalam waktu dekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement