Jumat 20 Jul 2018 10:24 WIB

Terjadi 38 Kali Gempa Susulan di Malang

Gempa di Malang menjadi penanda aktifnya zona megathrust di kawasan tersebut.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Esthi Maharani
Gempa Bumi
Gempa Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah terjadi 38 kali gempa susulan pasca gempa megathrust di selatan Malang yang berkekuatan 5,5 skala richter (SR) pada Kamis (19/7) malam. Gempa tersebut terasa di seluruh wilayah selatan Jawa Timur dan Bali

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan gempa susulan. "Perlu kami jelaskan, bahwa aktivitas gempa semacam ini tergolong masih wajar dan normal," ucapnya kepada Republika, Jumat (20/7).

Dalam ilmu gempa atau seismologi, aktivitas gempa seperti yang terjadi di selatan Malang ini disebut sebagai Gempa Tipe I. Tipe aktivitas gempa ini diawali dengan gempa pendahuluan (foreshocks) yang selanjutnya terjadi gempa utama (mainshock). Rangkaian juga diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks) yang banyak.

Dari 38 aktivitas gempa susulan, kekuatan gempa terkecil 3,2 SR dan yang terbesar mencapai 4,9 SR. Daryono menjelaskan, gempa di wilayah selatan Malang ini menjadi menarik karena menjadi penanda aktifnya zona megathrust di kawasan tersebut.

Menyikapi hal ini, langkah paling tepat adalah mengedepankan sikap waspada dengan meningkatkan kapasitas diri, memperkuat mitigasi, tanpa rasa takut dan khawatir berlebihan. Tapi, berdasarkan tren data gempa susulan, tampak ada kecenderungan kekuatannya semakin melemah dan frekuensi kejadian yang semakin jarang.

"Jadi, tampaknya sangat kecil peluang akan terjadi gempa dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa utamanya," kata Daryono.

Perlu dipahami, semua gempa yang terjadi dengan kekuatan signifikan akan diikuti oleh aktivitas susulan, sehingga banyaknya gempa susulan di selatan Malang ini masih dinilai wajar. Apalagi jika gempa yang terjadi di zona  batuan rapuh (brittle), maka gempa susulan yang terjadi akan lebih banyak. Daryono mengimbau kepada masyarakat untuk tidak cemas dan khawatir.

"Kita harus memahami bahwa gempa susulan itu 'baik' karena menjadi sarana batuan dalam melepas semua energi yang tersimpan sehingga batuan akan menjadi stabil dan normal kembali," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement