Kamis 19 Jul 2018 17:52 WIB

Anak Jalanan dan Iklan Rokok Masih Jadi PR Kota Bandung

Demi wujudkan kota layak anak, Bandung telah gulirkan program Maghrib Mengaji

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak jalanan
Foto: Dok.Republika
Anak jalanan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah berusaha meraih predikat Kota Layak Anak (KLA) tingkat Nindya pada 2018 ini. Setelah Kota Bandung mendapatkan predikat Kota Layak Anak (KLA) tingkat Madya pada tahun lalu.

Kepala Bidang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Bandung, Eem Sukaemah mengatakan salah satu kendala yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) adalah terkait anak jalanan. Permasalahan ini menjadi PR serius yang harus dituntaskan untuk mewujudkan KLA tingkat tertinggi.

"Kita kendala di anak jalanan. Bahkan depan kantor kami banyak juga anak jalanan. Tim verifikasi yang datang ke Kota Bandung untuk menilai pun menemukan sendiri anak jalanan masih banyak di Kota Bandung," kata Eem di Taman sejarah Balai Kota Bandung, Kamis (19/7).

Ia mengakui masih banyak anak jalanan yang berseliweran di Kota Bandung terutama di ruas jalan-jalan besar. Menurutnya, hal ini memang menjadi salah satu fokus permasalahan yang harus dituntaskan. 

Ia mengaku DP3APM tidak memiliki kewenangan untuk menertibkan anak jalanan. Oleh karena itu, pihaknya pun berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Bandung untuk upaya penertiban dan penjangkauan.

Sebab, banyak anak jalanan yang bukan warga asli Kota Bandung. "Memang harus ada regulasi bagaimana supaya anak jalan tidak datang ke kota Bandung," ujarnya.

Selain itu, ia menyebutkan kendala yang masih menjadi PR ialah iklan-iklan rokok yang masih banyak terpampang di tempat umum. Padahal ini juga merupakan salah satu poin penilaian dalam mewujudkan KLA.

"Iklam rokok juga masih ada di dekat sekolah bahkan. Makanya kami juga sudah upayakan lapor, jadi iklan rokok kalau menyatakan kota layak anak tidak boleh ada iklan rokok," tuturnya 

Eem mengungkapkan, suatu kota berpredikat layak anak jika bisa memberikan rasa aman, nyaman, bebas diskriminasi dan eksploitasi. Jika suatu kota sudah layak anak, maka kota tersebut bisa layak untuk semua.

Meski demikian, ia pun meyakini Kota Bandung bisa meraih predikat KLA tingkat Nindya. Pengumuman predikat ini akan diumumkan pada akhir Juli ini dalam perayaan Hari Anak Nasional di Surabaya.

"Alhamdulillah, tahun lalu Kota Bandung langsung menerima predikat tingkat Madya. Tahun ini kami harap mendapat tingkat Nindya," kata dia.

Ia menjelaskan, untuk memenuhi hak anak, Pemkot Bandung terus berupaya memberikan yang terbaik. Pemkot Bandung telah membuat berbagai kebijakan untuk menghadirkan kota yang nyaman bagi anak. 

Kebijakan tersebut mencakup 6 klaster tumbuh kembang anak, yakni klaster kelembagaan, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan. Sedangkan dua klaster lainnya yaitu klaster pendidikan pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, serta klaster perlindungan khsusus.

"Pada klaster hak sipil dan kebebasan, Pemkot Bandung memberikan ruang kepada Forum Anak Kota Bandung untuk turut merencanakan pembangunan. Mereka dilibatkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kota Bandung," ujarnya.

Selain itu, Pemkot Bandung memenuhi hak kependudukan anak dengan menerbitkan akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak melalui sistem jemput bola. 

Klaster kedua adalah kesehatan dasar dan kesejahteraan. Pada klaster ini, Pemkot Bandung menyediakan akses kesehatan untuk anak. Pemkot Bandung memperbanyak Puskesmas yang bisa melayani rawat inap dan melakukan berbagai inovasi kesehatan lainnya. Eem menambahkan, anak merupakan mata rantai manusia yang sangat menentukan wujud dan kehidupan suatu bangsa pada masa depan.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemberdayaaan dan Perlindungan Perempuan DP3APM Kota Bandung, Diden Siti Sondari menegaskan, Pemkot Bandung terus berupaya untuk memberikan perhatian khusus bagi anak- anak maupun keluarga. 

Menurutnya, dari segi pendidikan karakter, Pemkot Bandung telah menggulirkan program Maghrib Mengaji untuk memastikan anak-anak mendapatkan wawasan keagamaan. Setiap hari seusai salat Maghrib, anak-anak pergi ke masjid untuk mengaji dan mendapatkan pendidikan akhlak.

“Dengan menciptakan berbagai kegiatan maka peran anak dilingkungan semakin produktif,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement