Rabu 18 Jul 2018 00:09 WIB

TGB Pernah Diminta Tutup Mulut

TGB heran lantaran tingkat pembelahan umat sudah mencapai taraf tersebut.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi mengaku pernah dibisiki seseorang untuk tidak menyampaikan soal ketidaksetujuannya terhadap penggunaan ayat-ayat perang untuk kepentingan Pilpres 2019. TGB pun heran ada orang yang berbisik mengatakan itu.

"Ada salah seorang, ketika bertemu dengan saya, protes ke saya, 'guru jangan ngomong ayat begitu dong, bilang-bilang (soal) penafsiran ayat', saya bilang, 'itu kan kebenaran, ustad, masa kita enggak menyuarakan kebenaran', (orang itu menjawab) 'ya enggak enak sama yang lain'," kata TGB menjelaskan, Selasa (17/7).

Mendengar itu, TGB heran lantaran tingkat pembelahan umat sudah mencapai taraf tersebut. "Kok kita sampai pada tingkat itu, kalau memang itu benar, yuk kita suarakan sama-sama. Jadikan ritual lima tahunan ini menyenangkan. Kita semua sama. Intinya di situ. Ayo dinginkan, wacananya diganti, kita bersaudara, tarung gagasan," jelasnya.

TGB juga berharap semua pihak memiliki kesepahaman yang sama terkait penerapan nilai agama dalam kehidupan berbangsa. Tujuannya agar bangsa, khususnya umat Islam di Indonesia, tidak terpecah-belah. "Ini bukan untuk 2019, 2024, 2029, atau kontestasi lima tahunan, tapi ini bicara tentang bagaimana kita memahami nilai-nilai agama dalam kehidupan berbangsa kita," kata dia.

 

TGB menyampaikan itu karena memiliki alasan. Pernah suatu kali ia diundang untuk berceramah. Namun ada penceramah sebelum dia, yang menurut TGB, memobilisasi semangat para jamaah bahwa yang akan dihadapi pada 2019 itu adalah jihad dan pertarungan antara haq dan bathil.

"Saya ngalamin sendiri, ada yang ceramah sebelum saya, jadi memobilisasi semangat bahwa yang kita hadapi itu jihad, bahwa sebentar lagi itu pertarungan antara haq dan bathil," papar dia. Padahal, menurut TGB, ada hal-hal lain yang justru tidak kalah penting. Misalnya mengapresiasi satu sama lain dan mengintrospeksi diri.

TGB juga meminta agar tidak ada pihak manapun yang menggunakan berbagai analogi yang menunjukkan seolah-olah akan menghadapi perang badar atau khandaq. Ia juga tidak setuju dengan pihak yang mengutip secara langsung ayat-ayat perang untuk menghadapi Pilpres 2019.

"Itu bahaya betul karena yang saya pahami, salah satu yang diingatkan oleh Allah berulang-ulang di dalam Alquran itu ketika bicara tentang Bani Israel. Yuharrifu nal kalimah an-mawadi'ih," jelas dia.

Ayat tersebut, papar TGB, menjelaskan tentang penyelewengan ayat dari tempatnya. "Bukan membuangnya, bukan menghilangkannya, tapi mencabut dari konteksnya, dan kemudian menggunakan untuk kepentingannya," ujar dia.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement