REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade, menegaskan, tidak ada nama-nama lain yang bakal diusung sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2019 selain Prabowo Subianto. Bahkan nama mantan panglima TNI, Gatot Nurmantyo sekalipun tidak pernah ada dalam radar Partai Gerindra sebagai capres.
"Prabowo dipilih berdasarkan penilaian. Beliau dianggap mampu menjawab permasalahan ekonomi, termasuk penyediaan lapangan pekerjaan. Saat ini masyarakat kesulitan untuk menemukan lapangan pekerjaan dan tingkat pengangguran sangat tinggi," tegas Andre, Senin (16/7).
Andre mengklaim, pihaknya telah memiliki kesepakatan dengan PKS dan PAN untuk mengusung Prabowo sebagai capres menantang pejawat Joko Widodo. Menurutnya, kesepakatan ketiga parpol itu diambil pascapertemuan di kediaman Prabowo, di Kertanegara, Jakarta, akhir pekan lalu beberapa waktu lalu.
Meski koalisi Partai Gerindra, PKS, dan PAN sudah mulai menyaring nama-nama bakal calon wakil presiden (cawapres), mereka membuka pintu bagi partai lain untuk berkoalisi. Bahkan, mereka juga berharap beberapa partai lain, terutama Partai Demokrat untuk bergabung.
"Tentu kami masih membuka bagi partai lain untuk bergabung, termasuk Partai Demokrat. Rencananya pekan ini, kemungkinan hari Rabu pertemuannya, Pak Prabowo dengan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Iya membahas seputar pilpres sekaligus silaturrahmi. Siapa tahu kita bisa koalisi," terang Andre.
Menurut Andre, untuk cawapres pendamping Prabowo sendiri masih akan dibahas pada pekan depan. Setidaknya, kata Andre, kandidat-kandidat bakal cawapres untuk Prabowo sebenarnya sudah mulai mengerucut.
"Sebenarnya kita juga sudah mulai merucut juga, tapi masih butuh waktu untuk mematangkan. Sementata sembilan nama itu PKS, empat PKS, seluruh nama ini pekan depan akan kita bahas," tambahnya.
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menyampaikan kandidat cawapres Prabowo Subianto sudah merucut menjadi tujuh calon. Para calon itu berasal dari parpol pendukung dan nonparpol.
Riza berharap, masyarakat akan melihat bagaimana kinerja Joko Widodo selama empat tahun menjabat sebagai presiden. Kemudian jika masyarakat menilai bahwa kinerja Joko Widodo tidak memuaskan, masyarakat tentu tidak akan memilih kembali. Sehingga masyarakat akan memilih untuk melakukan perubahan, di antaranya dengan memilih Prabowo Subianto dan calon cawapresnya.
"Tentu rakyat akan mengkaji ulang. Kalau dianggap tidak puas pasti bakal meminta perubahan," ujarnya.