REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fauziah Mursid, Febrianto Adi Saputro, Adinda Pryanka Farah Noersativa
JAKARTA -- Paket calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung pada pilpres 2019 masih samar. Seluruh partai politik yang memiliki hak mengusung capres-cawapres hingga kemarin masih cair dalam berkomunikasi.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai fenomena paket capres-cawapres yang sengaja dibuat menggantung tidaklah mengejutkan. Menurut dia, trik itu dilakukan oleh poros koalisi capres pejawat, yaitu Joko Widodo (Jokowi) maupun oposisi, yakni Prabowo Subianto. "Mereka memiliki alasan tersendiri untuk menerapkan permainan saling tunggu-menunggu," ujar Pangi kepada Republika.co.id di Jakarta, Ahad (15/7).
Menurut dia, parpol sedang berada dalam posisi saling mengunci. Imbasnya, tidak ada ruang komunikasi dan lobi tingkat tinggi elite sentral parpol hingga detik-detik akhir pendaftaran. Pendaftaran pilpres 2019 dimulai 4 Agustus sampai 10 Agustus 2018.
Pangi menjelaskan, tatkala paket capres-cawapres sudah diumumkan kepada publik pada H-1 menjelang penutupan pendaftaran, situasi dapat berubah. Parpol yang tergabung dalam koalisi harus menerima, suka atau tidak. "Sebab, untuk lompat pagar ke poros lain atau membentuk koalisi alternatif juga akan sulit, mengingat waktu yang sangat mepet," kata Pangi.
Kondisi itu, lanjut dia, semakin menguat apabila melihat pola pembentukan koalisi menjelang kontestasi di Indonesia. Partai kerap mencari figur dan sosok terlebih dahulu, baru kemudian merangkul parpol koalisi untuk bergabung membangun poros. "Jadi, kita tunggu proses selanjutnya," ujar Pangi.
Sampai dengan Ahad (15/7), pertemuan demi pertemuan terus dilakukan para politikus. Terbaru, pertemuan antara Partai Gerindra, PKS, dan PAN, Sabtu (14/7), dilaporkan telah menemui kesepakatan mengusung Prabowo sebagai capres. Namun, sosok cawapres belum menemui titik temu.
"Pak Prabowo dianggap sebagai salah satu tokoh yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang saat ini tengah dialami oleh rakyat Indonesia," kata anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra, Andre Rosiade, kepada Republika.co.id di Jakarta.
Namun, untuk cawapres yang akan mendampingi Prabowo, Andre mengatakan, keputusan akan dibawa dalam rapat pekan depan. Rapat akan dihadiri Prabowo dan seluruh pimpinan parpol mitra koalisi.
Berbeda dengan keterangan pihak Gerindra, Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno menyatakan, pertemuan belum menghasilkan kesepakatan bulat untuk mendukung Prabowo sebagai capres. "Belum ada kesepakatan kok," ujar Eddy.
Menurut Eddy, PAN masih terus mempertimbangkan capres yang tepat. Pertimbangan tidak hanya memenuhi persyaratan pencalonan, seperti minimal 20 persen suara semata. "Kita mau mendukung juga seorang capres yang akan menang nantinya. Jadi, paketnya harus komprehensif," kata Eddy.