REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PAN, Amien Rais mengimbau kepada partai partai koalisi yang mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2019 agar tidak keras-kerasan berebut posisi calon wakil presiden (cawapres). Menurut Amien, sikap keras untuk posisi cawapres ini justru akan merusak koalisi yang sudah ada.
"Saya minta parpol juga jangan terlalu keras-kerasan untuk posisi cawapres," kata Amien saat Halalbihalal Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), di jalan Kramat Raya nomor 45, Jakarta Pusat, Sabtu (14/7).
Amien berharap posisi cawapres Prabowo bisa dibicarakan secara baik antarpartai pendukung. Dan ia berharap, apa pun keputusan nanti akan menjadi keputusan bersama, tanpa merugikan antar parpol pendukung.
Menanggapi hal itu, Presiden PKS Sohibul Iman menyebut tidak ada keras-kerasan dalam penentuan cawapres Prabowo. Semuanya, kata dia akan dibicarakan secara solutif antar partai pendukung Prabowo. "Emang PKS keras? Kan biasa saja," kata Sohibul.
Menurutnya, dalam penentuan cawapres nanti yang paling penting adalah sering komunikasi antara partai pendukung. Selain itu, komunikasi cawapres yang dilakukan juga atas dasar pertimbangan yang sangat matang.
Terkait nama Anies Baswedan yang menguat muncul sebagai cawapres Prabowo dari nonparpol. Sohibul menyebut PKS masih berharap Anies menuntaskan masa jabatannya di Jakarta hingga lima tahun mendatang.
"Akan tidak elok kalau komitmen yang sejak awal disampaikan ternyata berubah. Kedua akan ada masalah kewibawaan Anies kalau maju di pilpres," ujar Sohibul.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan, partainya dan Partai Gerindra tengah membahas kriteria yang tepat untuk mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres. Menurutnya, latar belakang yang melekat pada diri Prabowo, tentu menjadi landasan untuk menemukan sosok berbeda yang mampu memperluas ceruk dukungan.
"Prabowo suka dengan sembilan nama yang kita ajukan. Tapi salah satu pertimbangannya, Prabowo berasal dari Jawa mungkin perlunya luar Jawa. Prabowo itu militer mungkin perlunya ulama, nah itu yang sedang dibahas," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (12/7).
Tak hanya itu, Mardani melanjutkan, kriteria sosok yang muda juga sedang dalam pembahasan untuk dijadikan sebagak cawapres Prabowo. Sebab, dia mengakui, basis pemilih dari kalangan milenial ternyata tinggi dan perlu diperhitungkan.
"Karena itu, dari sembilan nama itu mungkin ada yang muda atau ada yang mewakili anak muda. Preferensinya nanti akan ditentukan dengan paradigma kita ingin menang. Karena ingin menang maka dipilihnya yang terbaik," katanya.