Jumat 13 Jul 2018 13:57 WIB

Suhud: PKS Setia dan Komitmen Hadapi Pilpres dengan Gerindra

Suhud mengatakan PKS adalah parpol paling setia dengan Gerindra sejak lama.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Bayu Hermawan
Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri)  pada perayaan ulang tahun PKS di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) pada perayaan ulang tahun PKS di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencapresan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suhud Alnudin mengatakan, PKS berharap koalisi dengan Gerindra tetap solid hingga pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) 2019. Menurutnya, PKS adalah parpol yang paling setia dengan Gerindra sejak lama.

Suhud menjelaskan, sejak pilpres 2014, PKS merupakan satu-satunya parpol pendukung Prabowo yang masih bertahan dengan Gerindra. "Kemudian ketika pilkada DKI, PKS merelakan diri tidak jadi wakil dengan mengajukan Sandiaga-Anies," ucapnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/7).

Ia melanjutkan, pilkada serentak di Jawa Barat kemarin juga menjadi bentuk kesetiaan PKS. Koalisi awal, PKS ingin mendukung Deddy Mizwar yang memiliki elektabilitas tinggi 40 persen. Tapi, karena komitmen terhadap Gerindra, PKS menarik dukungannya dan menukar dengan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang mempunyai elektabilitas lebih rendah.

"Ini menjadi bentuk kesetiaan dan komitmen PKS untuk hadapi Pilpres bersama Gerindra," katanya.

 

Tapi, PKS tidak ingin berpangku tangan dan menaruh nasib terhadap Gerindra sepenuhnya. Apabila Ketua Umum Prabowo Subianto memutuskan tidak mengambil opsi cawapres dari PKS, tentu partai harus mengambil sikap cepat.

 

Terkait manuver Demokrat yang melakukan pendekatan ke Gerindra, Suhud tidak ingin ambil pusing. Ia justru menantikan Demokrat masuk ke koalisi Gerindra-PKS yang akan semakin besar untuk melawan calon presiden pejawat Joko Widodo (Jokowi). Tapi, Suhud tidak menampik bahwa harus ada pihak yang mengalah apabila Demokrat jadi bergabung dengan koalisi. Sebab, Demokrat diketahui juga gencar mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres.

"Nanti akan dikomunikasikan lagi, akan ada yang mengalah dan kompensasi disepakati," ucapnya.

Baca juga: Gerindra Jamin Keputusan Cawapres tak Kecewakan Koalisi

Sebelumnya, Ketua DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria menegaskan keputusan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto tidak akan mengecewakan dua partai koalisi PAN dan PKS, serta partai Demokrat yang juga akan bergabung.

"Yang memutuskan (cawapres) bukan partai Gerindra, yang memutuskan adalah partai-partai yang akan berkoalisi bersama-sama. Keputusan cawapres akan diputuskan satu meja dengan partai-partai yang akan berkoalisi," kata Riza kepada wartawan, Kamis (12/7).

Riza menilai, keinginan parpol-parpol menyodorkan nama-nama tokoh untuk menjadi cawapres Prabowo, adalah sesuatu yang sangat baik. Seperti PKS yang selama ini sudah dekat dan loyal bersama Gerindra dan Prabowo sejak 2014. Sehingga wajar menurutnya, saat 2019 PKS ingin cawapres Prabowo dari kader terbaiknya, begitu juga PAN. Dan termasuk partai Demokrat yang mengajukan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Prabowo.

Riza juga yakin PKS dan PAN tidak akan kecewa dan keluar dari koalisi bersama Gerindra. Karena PKS dan PAN menurutnya telah memiliki hubungan yang panjang dalam perjalanan pembahasan bersama Gerindra dan juga antara Prabowo dan Presiden PKS Shohibul Iman dan Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan.

"Dan kami akan dapat teman baru yang akan bergabung, yaitu Insha Allah partai Demokrat," ujar Riza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement